Bisnis.com, JAKARTA - Para investor saham China ketar-ketir saat mendengar kabar aset Silicon Valley Bank (SVB) yang ditutup otoritas keuangan Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, investor telah kecewa dengan target pertumbuhan ekonomi Beijing yang lebih rendah dari perkiraan untuk 2023.
Dilansir dari Reuters pada Senin (13/3/2023), Indeks CSI300 China turun 4 persen minggu lalu, sementara Hang Seng Hong Kong anjlok 6 persen, karena target pertumbuhan PDB moderat China sekitar 5 persen pada 2023 yang ditetapkan dalam sesi tahunan parlemen telah memupuskan harapan.
Kondisi pasar kian memburuk menyusul runtuhnya pemberi pinjaman yang berfokus pada start-up Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3/2023) yang memicu diskusi selama akhir pekan di China.
"Kegagalan SVB adalah barometer risiko makro mencerminkan bagaimana harga aset dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral," kata manajer dana lindung nilai di Water Wisdom Asset Management Yuan Yuwei.
Dia juga memprediksi masa-masa sulit bagi perusahaan level tinggi. Menurut Yuan, meskipun kebangkrutan tidak memicu krisis keuangan lain, hal ini dapat memiliki dampak psikologis yang negatif pada pasar China.
Perusahaan gabungan SVB di China dengan Shanghai Pudong Development Bank melaporkan bahwa mereka memiliki struktur perusahaan yang sehat dan neraca yang dioperasikan secara independen, dalam upaya nyata untuk menenangkan klien lokal.
Baca Juga
Namun, banyak perusahaan rintisan teknologi China, terutama yang memiliki pendanaan dalam dolar, telah membuka rekening AS di SVB. Setidaknya satu grup WeChat dengan beberapa ratus anggota telah dibentuk oleh para klien SVB di China yang cemas dan ingin melindungi kepentingan mereka.
Selera risiko yang lebih rendah dapat meredam kegembiraan dari perluasan China-Hong Kong Stock Connect pada Senin (13/3/2023). Lebih dari 1.000 saham A yang terdaftar di bursa China, dan hampir 200 saham yang diperdagangkan di Hong Kong akan ditambahkan ke dalam skema investasi lintas batas ini.