Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Guncangan Resesi 2023 Bakal Lebih Hebat dari Krisis Ekonomi 2008?

Benarkah guncangan resesi 2023 bakal lebih hebat dari krisis ekonomi yang terjadi pada 2028? Ini penjelasan analis.
Ilustrasi krisis ekonomi dan resesi global/Freepik
Ilustrasi krisis ekonomi dan resesi global/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Risiko resesi ekonomi global tak terhindarkan bagi sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat.

Pasalnya, bank sentral seperti The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sepanjang 2022 untuk menurunkan lonjakan inflasi.

Langkah pengetatan kebijakan moneter, termasuk memperketat jumlah uang beredar secara signifikan pernah dilakukan saat hiperinflasi pada awal 1980-an.

Kebijakan tersebut berhasil menurunkan inflasi, namun dengan mengeluarkan ongkos resesi ekonomi.

Forbes memperkirakan badai resesi akan tiba pada akhir 2023 atau awal 2024.

Secara historis, terdapat jeda waktu satu tahun antara perubahan kebijakan moneter dan dampaknya ke perekonomian masing-masing negara.

Sebagian analis memperkirakan resesi akan datang lebih awal, sekitar pertengahan tahun.

Namun, konsensus menyatakan bahwa pada 2023 akan terjadi gejolak ekonomi yang hebat di dunia.

Penurunan ekonomi pada 2023 kemungkinan besar akan berbeda dari krisis pada 2008. Pasalnya, tidak seperti 2008, fundamental pasar perumahan saat ini lebih sehat.

Menjelang resesi hebat, perbankan dengan mudah memberikan kredit murah dan mudah kepada peminjam yang tidak memenuhi syarat dan pemberian kredit perumahan juga berada di bawah pengawasan yang lemah.

Hal ini mengakibatkan gelembung perumahan yang membuat bank dan investor memegang triliunan dolar AS kredit perumahan yang tidak berharga ketika gelembung itu pecah.

Sementara pada 2021, inflasi mendorong pasar ke rekor tertinggi, tapi yang terjadi bukanlah gelembung, melainkan disebabkan oleh disrupsi rantai pasok dan berhentinya kegiatan ekonomi akibat Covid-19.

Namun demikian, tidak satu pun dari tekanan tersebut menunjukkan risiko yang meluas seperti krisis subprime mortgage pada 2008.

“Ini tidak seperti tahun 2008, karena pertumbuhan yang kami lihat dalam beberapa tahun terakhir tidak didasarkan pada ARM mortgages  yang diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu membelinya,” kata Founder and CEO of Windy City HomeBuyer Tomas Satas, melansir finance.yahoo, Selasa (10/1/2023).

Moody’s and Goldman Sachs memperkirakan tahun 2023 tidak akan terjadi kehancuran yang menggelegar seperti krisis pada 2008 yang menenggelamkan ekonomi global.

Sebaliknya, negara-negara memang telah merencanakan perlambatan ekonomi untuk menekan inflasi tanpa menghambat pertumbuhan.

Selama periode resesi hebat, tingkat pengangguran memuncak ke 10 persen pada 2009.

Sementara itu, laporan ketenagakerjaan pada Desember 2022 menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja yang terus menguat meski terjadi inflasi, saham bearish, dan pasar perumahan mendingin.

Jika terjadi resesi, fenomena yang akan terjadi, pengangguran pasti meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper