Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan bahwa PT Pertamina (Persero) tetap menaruh ketertarikan untuk mengelola Wilayah Kerja (WK) East Natuna kendati pemerintah belakangan ingin melelang ulang blok yang terletak di Pulau Natuna, Kepulauan Riau itu.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, Pertamina bakal tetap mengajukan penawaran untuk kembali melanjutkan pengelolaan di WK East Natuna yang dinilai prospektif untuk temuan cadangan minyak dan gas (migas).
“Pertamina berminat mengelola WK East Natuna, di luar atau tanpa struktur AL dan AP,” kata Nanang kepada Bisnis, Rabu (14/12/2022).
Nanang mengungkapkan, Pertamina belakangan telah menggandeng sejumlah calon mitra untuk mengelola bersama blok tersebut. Namun, Pertamina belum mengajukan proposal production sharing contract (PSC) WK East Natuna untuk mempercepat proses tender lapangan migas tersebut.
“Informasi dari Pertamina sudah ada beberapa calon partner untuk mengelola bersama WK ini, tentunya dengan Pertamina sebagai operator,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Subholding Upstream Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah merampungkan proposal pengajuan PSC WK East Natuna untuk mempercepat eksplorasi sejumlah prospek minyak dan gas yang sudah diidentifikasi di lapangan tersebut.
Baca Juga
Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita mengatakan, proses pengajuan itu berbarengan dengan tahapan finalisasi proses kemitraan dengan salah satu perusahaan migas potensial untuk mengelola lapangan dengan reservoir gas raksasa di dunia tersebut.
“Saat ini, Pertamina sedang melakukan finalisasi proposal untuk pengajuan PSC WK East Natuna dan dalam tahapan finalisasi proses kemitraan dengan salah satu perusahaan migas untuk bersama-sama mengelola WK East Natuna,” kata Arya saat dihubungi, Selasa (29/11/2022).
Arya menegaskan, perseroan masih mempertahankan sebagian besar wilayah kerja dari blok East Natuna tersebut. Pertamina menilai sejumlah wilayah kerja termasuk Natuna D-Alpha memiliki prospek cadangan sumber daya yang relatif besar untuk mengerek kinerja lifting migas perusahaan pelat merah ke depan.
Kendati demikian, Arya mengatakan, proposal PSC WK East Natuna itu bakal melepas daerah dengan kandungan CO2 yang relatif tinggi seperti diidentifikasi pada struktur AL. Rencananya, Pertamina bakal berfokus pada eksplorasi dan pengembangan lapangan yang sudah teridentifikasi sebelumnya.
“Daerah yang kaya CO2 termasuk struktur AL rencananya akan dikembalikan ke negara dan Pertamina akan fokus untuk mempercepat eksplorasi prospek-prospek yang sudah diidentifikasi,” kata dia.
Blok East Natuna ditemukan pada 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Seperti diketahui, blok itu menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.
Kendati demikian, kendala utama pengembangan blok ini berkaitan dengan kadar CO2 yang relatif besar mencapai 72 persen dari keseluruhan potensi sumber daya terkira.
Adapun, blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun, lantaran tidak ada perkembangan, pada 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina (Persero).
Selanjutnya, ExxonMobil ikut lagi pada 2010 bersama Total dan Petronas. Posisi Petronas kemudian digantikan oleh PTT Exploration and Production (PTT EP), perusahaan asal Thailand. Sayangnya pada 2017, konsorsium ini bubar dan memilih hengkang dari blok tersebut dengan alasan tidak ekonomis dan hanya menyisakan Pertamina.