Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Bakal Tawarkan Skema Bagi Hasil Menarik di Blok East Natuna

Blok East Natuna akan kembali dilelang pada awal tahun depan. Pemerintah menjanjikan skema bagi hasil menarik untuk pengembangan blok tersebut.
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah menyiapkan skema bagi hasil serta term and condition yang lebih menarik bagi calon investor yang berminat untuk mengelola Blok East Natuna yang bakal kembali dilelang awal tahun depan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, kementeriannya masih mengevaluasi skema bagi hasil dan term and condition (T&C) terkait untuk menjaga keekonomian lapangan tetap menarik bagi calon kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).

Alasannya, Arifin mengatakan, blok migas itu relatif tidak ekonomis lantaran mengandung kadar karbon dioksida (CO2) yang relatif besar mencapai 72 persen.

“Kita harus ke situ, jangan berpikir bahwa semua harus maksimal tidak lagi, kita harus lihat karena memang kondisi gasnya memang tidak [maksimal],” kata Arifin saat ditemui di Kompleks DPR RI, Selasa (13/12/2022).

Di sisi lain, Arifin menuturkan, pembenahan pada skema bagi hasil dan T&C menjadi krusial di tengah temuan lapangan migas prospektif di sejumlah negara kompetitor yang turut menawarkan kontrak yang menarik.

“Kita harus memberikan penawaran yang menarik, kita harus berjuang kompetisi sama yang lain yang punya sumber daya gede dan ini jadi tantangan,” kata dia.

Blok East Natuna ditemukan pada 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Blok itu menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.

Kendati demikian, kendala utama pengembangan blok ini berkaitan dengan kadar CO2 yang relatif besar mencapai 72 persen dari keseluruhan potensi sumber daya terkira.

Adapun, blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun, lantaran tidak ada perkembangan, pada 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina (Persero).

Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) pada 2012. Sayangnya 2017, konsorsium ini bubar dan memutuskan untuk hengkang dengan alasan tidak ekonomis, menyisakan  Pertamina.

Sebelumnya, Subholding Upstream Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah merampungkan proposal pengajuan production sharing contract (PSC) WK East Natuna untuk mempercepat eksplorasi sejumlah prospek minyak dan gas yang sudah diidentifikasi di lapangan tersebut.

Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita mengatakan, proses pengajuan itu berbarengan dengan tahapan finalisasi proses kemitraan dengan salah satu perusahaan migas potensial untuk mengelola lapangan dengan reservoir gas raksasa di dunia tersebut.

“Saat ini Pertamina sedang melakukan finalisasi proposal untuk pengajuan PSC WK East Natuna dan dalam tahapan finalisasi proses kemitraan dengan salah satu perusahaan migas untuk bersama-sama mengelola WK East Natuna,” kata Arya saat dihubungi, Selasa (29/11/2022).

Arya menegaskan perseroan masih mempertahankan sebagian besar wilayah kerja dari blok East Natuna tersebut. Pertamina menilai sejumlah wilayah kerja termasuk Natuna D-Alpha memiliki prospek cadangan sumber daya yang relatif besar untuk mengerek kinerja lifting migas perusahaan pelat merah ke depan.

Kendati demikian, Arya mengatakan, proposal PSC WK East Natuna itu bakal melepas daerah dengan kandungan CO2 yang relatif tinggi seperti diidentifikasi pada struktur AL. Rencananya, Pertamina bakal berfokus pada eksplorasi dan pengembangan lapangan yang sudah teridentifikasi sebelumnya.

“Daerah yang kaya CO2 termasuk struktur AL rencananya akan dikembalikan ke negara dan Pertamina akan fokus untuk mempercepat eksplorasi prospek-prospek yang sudah diidentifikasi,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper