Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan pemerintah akan mengalokasikan 83,3 miliar euro atau setara US$83,4 miliar (Rp1.304 triliun) untuk subsidi harga gas dan listrik pada 2023.
Dilansir dari Bloomberg pada (8/11/2022), sisa dari dana yang telah dikeluarga yakni 40,3 miliar euro akan dialokasikan untuk menutupi biaya gas dan pemanas distrik, termasuk pembayaran satu kali pada bulan Desember untuk bisnis dan rumah tangga.
Pembatasan harga gas untuk dalam negeri akan mulai berlaku pada bulan Maret, meskipun pembicaraan sedang berlangsung dengan pemasok energi untuk mempertimbangkan implementasi lebih cepat.
Sementara itu, sisa 43 miliar euro akan digunakan untuk mengurangi biaya listrik untuk rumah tangga dan bisnis. Sebagian dari alokasi dana tersebut diharapkan akan kembali melalui keuntungan dari dana tak terduga atau windfall.
Di bawah rencana tersebut, Jerman mengalokasikan 15,2 miliar euro untuk kepemilikan saham importir gas terbesar Jerman Uniper SE, yang telah diambil alih negara untuk menyelamatkan ketergantungannya pada gas Rusia. Selain itu, 8,5 miliar euro akan dicadangkan untuk perusahaan energi lainnya.
Rencana ini terkait dengan dana ekonomi dan stabilisasi Jerman senilai 200 miliar euro yang baru disahkan. Dana ini dirancang untuk melindungi bisnis dan rumah tangga dari kenaikan harga energi.
Baca Juga
Dana tersebut dapat diakses dalam bentuk pinjaman dari Bank KFW, dan uang akan berada di luar ketentuan anggaran normal negara itu.
Pemerintah di seluruh zona euro sejauh ini menghabiskan sekitar 1,25 persen dari output ekonomi atau senilai 200 miliar euro untuk dukungan energi.
Presiden Eurogroup Paschal Donohoe mengatakan bahwa masalah kebijakan anggaran utama untuk tahun depan adalah apakah langkah-langkah diperluas ke musim semi dan seterusnya.
"Para menteri mencatat tantangan dari dukungan yang signifikan dan secara efektif mengelola pilihan antara mengurangi inflasi dan mendukung rumah tangga yang rentan atau daya saing internasional zona euro," pungkasnya.