Bisnis.com, JAKARTA - Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berhasil mempertahankan laju ekspansifnya selama 14 bulan berturut-turut. Pada Oktober 2022, S&P Global mencatatkan PMI RI di angka 51,8 poin.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, tren tersebut menandakan kepercayaan diri pelaku industri dalam menjalankan usaha di tengah perlambatan kondisi ekonomi global.
"Selama 14 bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia konsisten tetap di jalur ekspansif. Salah satu faktornya adalah kepercayaan diri pelaku industri dalam usahanya yang tetap terjaga," kata Agus di Jakarta, Selasa (1/11/2022).
Kepercayaan industri tersebut, lanjutnya, juga dikatakan berkontribusi terhadap daya saing manufaktur Indonesia ranah global. PMI manufaktur Indonesia Oktober lebih baik dibandingkan PMI manufaktur dunia, yakni 49,8 poin.
Beberapa negara yang PMI manufakturnya di bawah RI, di antaranya China 49,2 poin, Jerman 45,7, Jepang 50,7, dan Korea Selatan 47,3, Vietnam 50,6, Malaysia 48,7, dan Thailand 51,6.
Ke depannya, kata Agus, tantangan yang dihadapi sektor industri dalam negeri adalah pasar tujuan ekspor yang mengalami pelemahan ekonomi, seperti China, Amerika Serikat, dan Eropa.
Baca Juga
Kondisi ini akan berdampak kepada penyerapan beberapa produk ekspor unggulan, seperti tekstil dan pakaian jadi, alas kaki, dan furnitur.
Selanjutnya, kata Agus, industri juga dibayangi harga input tinggi yang dapat menurunkan daya saing produknya. “Selain bahan baku yang semakin mahal, pasokannya juga masih belum lancar,” tukasnya.