Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Tantangan Ekonomi, Ini Pendapat Dekan FEB UI

Mengacu kondisi faktual dan paket kebijakan dalam menghadapi ancaman resesi, ekonomi nasional dianggap masih memiliki daya tahan yang cukup baik.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto/Istimewa
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA– Perekonomian Indonesia dinilai relatif resilien menghadapi berbagai tantangan ke depan, seiring situasi ekonomi global yang semakin menantang dan gejolak risiko yang meningkat.

Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto. Dia menjelaskan tantangan-tantangan ekonomi yang harus diwaspadai pemerintah.

Pertama, kenaikan inflasi yang tinggi secara global, di mana salah satunya terdorong oleh konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina atau China-Taiwan, sehingga dapat mengakibatkan volatilitas di harga pangan dan energi.

Terutama inflasi di Amerika Serikat (AS) dan di Eropa, kata Teguh, pasti akan dibarengi dengan kebijakan moneter yang ketat dengan manaikan suku bunga oleh bank sentral di masing-masing negara. 

Dia menyebut, baru dalam sejarah AS inflasi sangat tinggi yakni menjejak 9 persen. Inflasi tinggi ini akan dibarengi dengan pengetatan likuiditas melalui kenaikan suku bunga di AS untuk meredam inflasi, yang pada akhirnya akan diikuti oleh negara-negara lain termasuk Indonesia untuk menaikkan suku bunga.

“Tapi Indonesia lumayan cukup baik ya, cukup resilience terkait dengan inflasi ini. Menurut saya kita bukanlah yang terburuk kalau di kawasan Asia Tenggara atau dibandingkan dengan negara lain,” ujarnya melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (18/10/2022).

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen. Adapun secara tahunan pada September lalu inflasi Indonesia mencapai 5,95% secara year on year (yoy).

Tantangan berikutnya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang menurut Teguh, bukan lagi pilihan tetapi memang sudah harus dilakukan. Dia mengapresiasi langkah mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah sehingga akan membuat perekonomian dalam negeri dapat meminimalkan dampak negatif dari kenaikan harga BBM bulan September 2022.

“Saya catat tadi bagaimana bantuan-bantuan bantalan sosial yang assistance, ada bantuan upah dan juga yang menarik adalah pengendalian inflasinya tidak hanya di level pusat, tapi juga partisipasi daerah. Dengan mitigasi terutama menjamin ketersediaan bahan pokok yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah daerah, ini saya rasa memberikan harapan akan resiliensi perekonomian Indonesia. Artinya inflasi pasti akan meningkat pascakenaikan harga BBM, tetapi yang penting yang perlu dijaga adalah ketersediaan dan keterjangkauan bahan pokoknya nanti,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper