Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Ralat Proyeksi AS Resesi setelah Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

Goldman Sachs meralat proyeksinya bahwa AS akan mengalami resesi, setelah adanya penundaan tarif Trump selama 90 hari bagi sebagian besar negara.
Logo The Goldman Sachs & Co di bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat. / Bloomberg-Scott Eells
Logo The Goldman Sachs & Co di bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat. / Bloomberg-Scott Eells

Bisnis.com, JAKARTA — Goldman Sachs Group Inc. meralat proyeksi bahwa Amerika Serikat akan mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari pengenaan tarif Trump. Perubahan proyeksi dilakukan karena adanya penundaan tarif impor AS selama 90 hari kepada sebagian besar negara.

Dilansir dari Bloomberg, tim Goldman Sachs yang dipimpin oleh Jan Hatzius menjelaskan bahwa pihaknya mengubah proyeksi ekonomi AS dengan mengalihkannya ke garis dasar resesi. Hal itu merespons kebijakan tarif impor yang mulai berlaku Rabu (9/4/2025) waktu Amerika Serikat (AS) dan penundaan 90 hari oleh Presiden AS Donald Trump.

"Kami sekarang kembali ke perkiraan garis dasar non-resesi kami sebelumnya," tulis Hatzius dalam catatannya, dilansir dari Bloomberg pada Kamis (10/4/2025).

Pembalikan cepat ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi analis dan investor dalam upaya memperkirakan dampak ekonomi dari kebijakan perdagangan pemerintah AS, yang terkadang berubah setiap jam.

Sesaat sebelum pukul 13.00, di New York, tim Goldman Sachs mengeluarkan catatan yang mengatakan resesi AS sekarang menjadi kasus dasar, yang menempatkan kemungkinan penurunan pada 65% dalam 12 bulan ke depan.

Beberapa menit kemudian, tepatnya 13.18 waktu AS, Trump mengunggah informasi di media sosial Truth Social bahwa dia menerapkan jeda 90 hari pada tarif timbal balik di atas garis dasar (baseline) tarif impor 10%. Para ekonom Goldman Sachs kemudian mengeluarkan catatan terbaru pada pukul 14.10 waktu AS yang membalikkan proyeksi mereka sebelunmya.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa tarif khusus pada sektor tambahan akan berada di level 25%.

"Secara keseluruhan, tarif ini kemungkinan akan berjumlah mendekati ekspektasi kami sebelumnya," tertulis dalam catatan Goldman Sachs.

Lembaga itu juga mengeluarkan proyeksi terbaru, bahwa ekonomi AS hanya tumbuh 0,5% pada 2025. Peluang resesi juga meningkat menjadi 45% dalam 12 bulan ke depan.

Beberapa ekonom menegaskan kembali pandangan hati-hati terhadap prospek ekonomi setelah penundaan tarif Trump. Sebagian di antaranya mencatat bahwa kenaikan tarif impor China menjadi 125% membuat tarif efektif keseluruhan untuk semua barang impor hampir tidak berubah.

Kepala ekonomi AS di Renaissance Macro, Neil Dutta, mengirim email kepada kliennya pada Rabu (9/4/2025) pagi waktu AS dengan mengatakan bahwa dia memperkirakan akan terjadi penurunan. Setelah pengumuman Trump dan pembalikan Goldman, Dutta mengirim email lain yang mempertahankan seruannya.

"Yang terjadi hanyalah bahwa kita telah beralih dari risiko nonlinier ke risiko yang lebih linier," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper