Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Pelindo Beberkan Upaya Tekan Biaya Logistik

Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menuturkan upayanya untuk menekan biaya logistik.
Foto udara aktivitas bongkarmuat di dermaga bongkar muat peti kemas Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (3/1/2022).ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara aktivitas bongkarmuat di dermaga bongkar muat peti kemas Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (3/1/2022).ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menegaskan kunci utama dalam menurunkan biaya logistik adalah memperpendek cargo stay dan port stay.

"Bagaimana caranya Pelindo membantu logistic cost itu dengan memperpendek port stay dan cargo stay. Itu bahasa generik yang dipahami. Goal-nya ada agar bisa dipersepsikan baik layanannya perpendek port stay dan kargo stay," ujar Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, Jumat (14/10/2022).

Arif memaparkan terdapat dua indikator yang dapat diukur lewat kedua hal tersebut yakni arus barang dan arus dokumen. Terkait dengan masalah biaya logistik yang ada di Indonesia, dia menilai angka biaya logistik yang menyentuh 23,8 persen dari Produk Domestik Bruto. Meskipun porsi perairan terdiri atas pelayaran dan pelabuhan, Arif menyayangkan bahwa persepsi publik selalu menunjuk persoalan inefisiensi logistik tersebut kepada Pelindo.

Oleh karena itu, Pelindo juga berinisiatif melakukan perhitungan ulang atas biaya logistik dengan pihak-pihak yang sebelumnya juga terkait melakukan pengukuran tersebut. Hasil pengukuran terbaru tersebut mengejutkan karena ternyata tidak sejelek yang selama ini disebutkan.

"Hasilnya saya shock karena enggak sejelek selama ini, tetapi nanti biarlah pemerintah yang mengumumkan hasilnya," imbuhnya.

Pemerintah menargetkan penurunan biaya logistik terhadap PDB sebesar 17 persen dengan penerapan reformasi sistem logistik nasional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan biaya Logistik Indonesia lebih tinggi dari Negara Asean, yakni 23,5 persen terhadap PDB. Sementara itu, Negeri Jiran Malaysia tercatat hanya 13 persen terhadap PDB.

"Ini menyebabkan perekonomian Indonesia masih perlu terus memperbaiki kompetisinya. Dengan adanya pembentukan ekosistem logistik nasional, kita akan bisa menurunkan dari 23,5 persen, ditekan menjadi 17 persen," ujar Sri Mulyani.

Penurunan 5 persen hingga 6 persen ini akan dikontribusikan dari proses hulu dan hilir, terutama dalam menghubungkan sektor-sektor transportasi sehingga akan memudahkan pelaku usaha.

Dengan reformasi ini, Sri Mulyani yakin tidak hanya efisiensi, kontribusinya juga diharapkan meningkat, serta menciptakan transparansi dan persaingan yang sehat.

Dia mengakui logistik saat ini seperti benang ruwet, meski sudah pernah merintis National Single Window yang menghubungkan dari 16 K/L.

National Single Window belum membangun ekosistem yang memudahkan transaksinya di antara pengusaha. Oleh karena itu, pemerintah mendorong ekosistem logistik nasional (NLE).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper