Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menggenjot kembali proyek Terminal Kalibaru di Pelabuhan Tanjung Priok pasca pandemi. Proyek tersebut semestinya bisa rampung sebelum 2020 tetapi mengalami penundaan.
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono mengatakan semestinya terminal tersebut sudah rampung di bawah pada 2020 karena kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah di atas 70 persen. Idealnya, apabila kapasitas pelabuhan utama sudah mencapai 70 persen, maka perlu ada penambahan kapasitas lewat terminal baru. Hal itu untuk mencegah penumpukan kapal saat jadwal kapal yang sebelummya mengalami penundaan masuk secara bersamaan.
Dia menargetkan pada akhir bulan ini proyek terminal tersebut sudah bisa mulai konstruksi. Pembangunan akan dimulai untuk Terminal Container 2 senilai Rp4 triliun, terminal produk 1, dan sebagian lahan reklamasi terminal kontainer 3.
"Terminal Kalibaru lelang baru selesai, kemungkinan jalan baru bisa akhir bulan ini konstruksinya. Memang ada delay terus, mestinya udah jadi sebelum 2020," ujarnya, Rabu (12/10/2022).
Dalam kondisi pandemi, Arif mengatakan kondisi Tanjung Priok sempat tidak terlalu padat.
"Saya tidak mengatakan untung covid-19. Tapi mungkin kalau nggak ada Covid-19, Tanjung Priok udah macet. Karena antara kapasitas dan trafik di atas 70 persen. Itu udah sekitar 2018-2019. Nah kalau gak ada Covid-19 terus naik, ini Priok sudah mendekati kapasitas," jelasnya.
Baca Juga
Rencananya terminal Kalibaru ini akan difokuskan untuk peti kemas termasuk produk terimal minyak dan gas skala besar.
Dengan menggenjot terminal Kalibaru, Arif meyakinkan bahwa terminal tersebut akan dibangun dengan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk bisa diselaraskan dengan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Pelabuhan Patimban sebelumnya juga direncanakan untuk menjadi substitusi bagi pelabuhan Tanjung Priok.
"Saat membuat rencana ini, kami mengkombinasikan kapasitas Priok. Kapan CT 2 dan CT 3 dibangun melihat juga Patimban. Supaya ada pilihan mau Patimban atau Priok," ujarnya.
Arif tetap menilai adanya Pelabuhan Patimban dan lengkapnya Tanjung Priok akan bagus untuk terbentuknya ekosistem pelabuhan. Sehingga pengguna jasa bisa memiliki lebih banyak pilihan.
"Kami juga akan ngatur. Itu kenapa kami berhenti nantinya di pengembangan CT 3 di Terminal Kalibaru, karena Priok dikembangkan tapi tetep harus ada pilihannya di Patimban," imbuhnya.
Proyek Kalibaru yang dibangun ini akan mencakup pembangunan New Priok Container Terminal Two (CT2) dan New Priok Container Terminal Three (CT3) serta area untuk Product Terminal 1 (PT1) dan Product Terminal 2 (PT2).
Pembangunan Terminal Kalibaru tahap selanjutnya meliputi area reklamasi dan breakwater seluas total 178 hektar untuk CT2, CT3, PT1, PT2 serta area pendukung.
Sebelumnya, Arif menyebut pengerjaan proyek rencananya dilanjutkan pada kuartal I/2021. IPC juga telah melakukan Perjanjian Konsesi Terminal Kalibaru dengan Pemerintah pada 2015 terkait pengoperasian (Commercial Operation) CT2 dan PT1 untuk mulai beroperasi pada 2023.
Seperti halnya CT1 yang kini sudah beroperasi, CT2 dan CT3 juga diproyeksikan memiliki kapasitas peti kemas masing-masing sebanyak 1,5 juta TEUs per tahun. Kedua terminal peti kemas ini kedepannya juga akan dibangun dengan kedalaman minus 16 sampai 20 meter dari permukaan laut, sehingga bisa memfasilitasi masuknya kapal peti kemas generasi baru dengan kapasitas di atas 10 ribu TEUs.
Adapun Keberlanjutan pembangunan Terminal Kalibaru merupakan bagian dari pengembangan hard infrastructure yang terus dilakukan. Untuk kemudahan akses operasional Terminal Kalibaru, Pelindo akan mengembangkan New Priok East Access (NPEA) sebagai akses masuk melalui pintu timur. Akses NPEA akan tersambung dengan Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan kawasan industri di timur Jakarta.