Bisnis.com, JAKARTA -- PT Krakatau Bandar Samudera tengah menjajaki rencana kerja sama dengan PT PLN (Persero) guna menjadikan Krakatau International Port sebagai hub energi, dalam hal ini angkutan batu bara.
Direktur Utama PT Krakatau Bandar Samudera M. Akbar Djohan menyampaikan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan PLN untuk mentransformasikan pelabuhan milik anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.(KRAS) itu menjadi hub energi.
Menurutnya, pelabuhan yang terletak di Cilegon itu memiliki posisi strategis untuk menjadi hub energi karena berada di wilayah perairan Banten, di mana terdapat tujuh PLTU milik PLN maupun milik produsen listrik swasta (independent power producer/IPP).
"Khusus untuk batu bara, karena [Krakatau International Port] ada di perairan Banten, ada tujuh PLTU milik PLN dan IPP. Itu kebutuhannya sudah 10 juta ton per tahun," kata Akbar saat mengunjungi Kantor Wisma Bisnis Indonesia, Senin (3/10/2022).
Ke depan, jika PLTU Jawa 9 yang berlokasi di Banten mulai beroperasi, kebutuhan batu bara di daerah tersebut bisa bertambah menjadi 12 juta ton. Artinya, terdapat kebutuhan terhadap 22 juta ton ke depannya.
Hal itu dinilai bisa menjadi potensi bagi Krakatau International Port karena pelabuhan itu memiliki hingga 17 slot jetty dan kapasitas terpasang 25 juta ton per tahun, sehingga kapal atau vessel yang masuk bisa berkapasitas 60.000 ton.
Baca Juga
"Terus ketujuh PLTU lagi kami kasih solusi untuk bisa memakai tongkang kecil ke PLTU. Jadi sifatnya shuttle tidak pakai jalan darat," ujar Akbar.
Selain hub energi, Akbar mengungkap ambisi Krakatau International Port menjadi hub pangan. Hal itu karena pelabuhan memiliki integrated warehouse terbesar di Asia Pasifik, dengan kapasitas hingga 20.000 ton per hari.