Bisnis.com, JAKARTA -- PT Krakatau Bandar Samudera menyimpan berbagai ambisi untuk pengembangan Krakatau International Port, Cilegon. Rencananya, anak usaha PT Krakatau Steel (KRAS) itu ingin menyulap pelabuhan itu menjadi multipurpose terminal hingga melayani pengelolaan pelabuhan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Direktur Utama PT Krakatau Bandar Samudera M. Akbar Djohan mengatakan bahwa saat ini pelabuhannya baru melayani (handling) barang-barang dalam muatan bulk, general cargo, dan liquid (cair). Namun, dia tidak menutup kemungkinan ke depannya Krakatau International Port bisa melayani peti kemas.
"Untuk peti kemas, soon. Karena kami sudah ajak international partner untuk membuat kajian. Panjang dermaga kita hnay 3,5 km kalau dihitung dari dermaga 1-17. Ada additional 1,5 km lagi akan kita develop jadi multipurpose terminal," ujarnya saat berkunjung ke Kantor Wisma Bisnis Indonesia, Senin (3/10/2022).
Saat ini, dia mengatakan ada kajian dilakukan dengan menggandeng salah satu perusahaan di Jerman. Akbar menyebut kajian diharapkan rampung dalam satu sampai dua bulan ke depan.
Dengan itu, Krakatau International Port bisa ikut melayani peti kemas. Saat ini, throughput di pelabuhan tersebut di 2021 sudah tercatat 16,8 juta ton untuk dry bulk; 2,8 juta untuk general cargo; dan 0,5 juta ton untuk liquid (cair).
Di sisi lain, Akbar juga mengungkap sedang menjajaki kerja sama dukungan untuk IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Di sana, PT Krakatau Bandar Samudera dinilai memiliki potensi untuk melayani kepealabuhanan sekaligus logistik di ibu kota negara baru.
"Soon, mudah-mudahan kita akan support IKN untuk kerja sama dengan Pemkot dan Pemda untuk mengelola pelabuhan dan logistiknya," terangnya.
Secara tahun berjalan, Akbar mengeklaim telah melayani hingga 900 kapal atau 60-70 kapal sebulan. Ke depan, lanjutnya, terdapat prediksi dari Kementerian Perhubungan bahwa sebanyak 53.000 kapal akan melalui Selat Sunda setiap tahunnya.
Untuk itu, anak usaha KRAS itu berharap bisa melayani 10 persen dari 53.000 kapal tersebut sehingga bisa menjadi agregator ekonomi lokal.
"Jadi sekitar 5.000 kapal in dalam 3 tahun ke depan. Kalau 5.000 kapal bisa kita handle, multiplier ekonominya besar dan jadi agregator ekonomi lokal," tuturnya.