Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Lawrence Summers berpendapat inflasi tidak mungkin turun jika The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan mendekati 4 persen.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (14/9/2022), Presiden Emeritus Universitas Harvard tersebut berpendapat kenaikan suku bunga 75 basis poin dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) akhir 20-21 September mendatang merupakan keputusan yang tepat.
“Saya tidak berpikir kemungkinan besar AS tidak akan bisa mengelola inflasi dengan baik tanpa menaikkan suku bunga hinga mendekati 4 persen. Dalam konteks tersebut, menurut saya semakin cepat dilakukan semakin baik,” tulis Larry, sapaan akrabnya, di akun Twitter @LHSummers.
Dia menjelaskan, jika dirinya harus memilih antara basis 100 poin pada bulan September dan 50 basis poin, Larry akan memilik kenaikan 100 basis poin untuk memperkuat kredibilitas. Ia menambahkan bahwa laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang menimbulkan masalah inflasi yang serius.
"Inflasi inti bulan ini lebih tinggi daripada sepanjang kuartal, lebih tinggi kuartal ini dari kuartal lalu, lebih tinggi paruh tahun ini dari yang sebelumnya, dan lebih tinggi tahun lalu dari yang sebelumnya." jelasnya.
Larry mengatakan inflasi rata-rata dulu menjadi indikator favorit untuk transisi tim. Sedangkan, median inflasi bulan ini berada pada level tertinggi yang pernah ada.
Baca Juga
"Sangat tidak masuk akal inflasi dapat turun menjadi 2 persen tanpa pengangguran melebihi 4,5 persen. Namun ini adalah pandangan paling pesimistis di antara 19 anggota FOMC," katanya.
Ebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (13/9/2022) Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom) dan 8,3 persen year-on-year (yoy).
Angka inflasi AS ini melampaui ekspektasi dalam analis dalam survei Bloomberg yang memproyeksikan inflasi AS mencapai 8,1 persen yoy.
Adapun IHK inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik 0,6 persen mom dan 6,3 persen yoy, di atas proyeksi sebesar 6,1 persen.