Bisnis.com, JAKARTA – Harga gas di Eropa melonjak setelah raksasa energi Rusia Gazprom memutuskan menutup pasokan dari pipa gas alam terbesarnya sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Dilansir Bloomberg pada Senin (5/9/2022), harga patokan gas berjangka melonjak 35 persen, terbesar dalam hampir enam bulan, dan harga listrik meningkat. Pembatasan pasokan berdampak di pasar, menekan pasar saham dan menyeret nilai tukar euro ke level terendah dalam 20 tahun.
Harga gas berjangka Belanda yang menjadi patokan untuk Eropa naik 31 persen menjadi 281 euro per megawatt-jam pada pukul 10.37 waktu Amsterdam, setelah melemah 37 persen pekan lalu. Adapun harga gas di bursa berjangka Inggris juga naik 36 persen.
Sementara itu, harga patokan listrik Jerman untuk kontrak 2023 melonjak 33 persen menjadi 675 euro per megawatt-hour (MWh( karena biaya menjalankan pembangkit listrik tenaga gas meningkat.
Sebelumnya, Gazprom PJSC Rusia membuat keputusan pada menit terakhir pada Jumat pekan lalu (2/9) untuk tidak menghidupkan kembali pipa gas Nord Stream setelah tiga hari masa pemeliharaan.
Gazprom berniat untuk memulai kembali pasokan pada hari Sabtu, tetapi perusahaan mengatakan kebocoran minyak terdeteksi di turbin gas yang memompa bahan bakar ke dalam pipa. Tidak ada indikasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaikinya.
Baca Juga
Politisi Eropa telah bersiap merespons penghentian pasokan ini dan sekarang bergegas untuk menerapkan tindakan darurat. Swedia dan Finlandia menerapkan backstop selama akhir pekan untuk membantu sektor utilitas.
Sementara itu, para menteri energi Eropa akan membahas proposal untuk menerapkan pembatasan harga listrik dalam pertemuan khusus pada Jumat pekan ini. Proposal ini juga termasuk pembatasan harga gas dan penangguhan perdagangan derivatif listrik.
Langkah terbaru Rusia ini diperkirakan semakin mendorong inflasi yang sudah mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade lebih jauh, mendorong banyak rumah tangga ke dalam kemiskinan dan berpotensi memicu kerusuhan sosial.
Uni Eropa telah membangun cadangan gasnya dalam upaya untuk mempersiapkan dan memiliki penyangga setidaknya untuk sebagian musim dingin. Situasinya bisa menjadi lebih buruk setelah persediaan berkurang, terutama menjelang akhir musim panas, atau jika benua itu dilanda cuaca dingin yang parah.
"Mengingat ketatnya pasokan gas, pembatasan gas wajib untuk industri non-esensial tidak dapat dihindari, atau bahkan mungkin ada 'penghentian gas' selama musim dingin, tergantung pada cuaca," kata analis di JPMorgan seperti dikutip Bloomberg, Senin (5/9/2022).
Sementara itu, analis Goldman Sachs Group Inc memperkirakan harga gas Eropa bisa mendekati level tertinggi yang ditetapkan pada Agustus menyusul langkah Rusia ini.
"Tentu saja, harga naik kuat pagi ini, tetapi pada level yang kami anggap 'masuk akal' dan, yang mungkin mengejutkan, hal ini mengarah pada optimisme," ungkap EnergyScan, platform analisis pasar Engie SA.
Mereka melanjutkan, dengan tingkat cadangan yang relatif tinggi dan kemungkinan intervensi politik, posisi wait-and-see tampaknya lebih relevan.