Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Agustus sebesar 4,69 persen (year-on-year/yoy). Meskipun masih berada di atas 4 persen, tingkat inflasi pada Agustus 2022 masih relatif rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mencapai 4,94 persen pada Juli 2022.
Namun jika melihat data secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus tercatat mengalami deflasi 0,21 persen (month-to-month/mtm) pada Agustus 2022.
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan penyumbang utama deflasi pada Agustus 2022 berasal dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, serta transportasi.
“Makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil 0,48 persen terhadap deflasi Agustus 2022, penyebabnya berasal dari bawang merah dengan andil 0,15 persen, cabai merah memberikan andil 0,12 persen, dan cabai rawit memberikan andil 0,07 persen,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (1/9/2022), mengutip Bisnis.
Lantas bagaimana kondisi inflasi di Indonesia 5 tahun terakhir?
Sepanjang 2018, inflasi tertinggi terjadi pada April 2018 dimana inflasi secara tahunan mencapai 3,41 persen. Adapun inflasi terjadi lantaran adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen.
Baca Juga
Adapun tren inflasi menunjukkan penurunan hingga September 2018 dimana inflasi berada di level 2,88 persen atau berada di bawah kisaran target Bank Indonesia yakni 3,5 persen plus minus 1 persen. Kendati demikian tingkat inflasi kembali meningkat di Oktober 2018 yang tercatat mencapai 3,16 persen.
Kemudian, pada Januari 2019 inflasi tercatat berada di level 2,82 persen atau berada di bawah kisaran target BI yakni 3,5 persen plus minus 1 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Agustus 2019 yang tercatat sebesar 3,49 persen.
Adapun pada bulan ini inflasi dipicu oleh faktor cuaca yang menyebabkan tingginya harga-harga komoditas pangan dan pergerakan emas akibat stabilitas ekonomi yang tidak menentu. Inflasi kemudian menunjukkan tren penurunan hingga tercatat mencapai 2,72 persen pada Desember 2019, atau keluar dari target inflasi BI.
Sepanjang 2020, tingkat inflasi berada di bawah target yang ditetapkan BI yakni 3 persen plus minus 1 persen. Dari Januari hingga Mei 2020, tingkat inflasi berada pada kisaran 2,19 persen hingga 2,98 persen. Kemudian pada Juni 2020, tingkat inflasi turun menjadi 1,96 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,19 persen.
BI, mengutip rilisnya, Kamis (1/9/2022) menyebutkan inflasi IHK Juni 2022 yang rendah ini tidak terlepas dari perlambatan permintaan domestic akibat pandemi Covid-19, konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, harga komoditas global yang rendah, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga. Adapun tingkat inflasi kembali menurun hingga Agustus dimana tercatat sebesar 1,32 persen.
Meski masih berada di bawah target kisaran BI, tingkat inflasi mulai naik signifikan pada September 2020 hingga Desember 2020, dimana pada Desember inflasi tercatat sebesar 1,68 persen.
Memasuki 2021, tingkat inflasi masih berada di bawah target BI yakni 3 persen plus minus 1 persen. Pada awal Januari, inflasi tercatat sebesar 1,55 persen. Inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh melambatnya inflasi kelompok volatile food dan deflasi kelompok administered prices, sementara inflasi inti masih mencatat kenaikan.
Sepanjang 2021, inflasi tertinggi terjadi pada Desember yang tercatat mencapai 1,87 persen secara tahunan, dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 1,75 persen. Dampak pandemic Covid-19 yang kala itu belum mereda masih menghantui perekonomian di berbagai Negara, termasuk Indonesia.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto kala itu menyebutkan bahwa pandemic Covid-19 telah menyebabkan mobilitas masyarakat berkurang dan roda perekonomian bergerak lambat sehingga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.
Tingkat inflasi pada Januari 2022 tercatat sebesar 2,18 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,87 persen. Tingkat inflasi yang sedikit meningkat ini terutama dipicu oleh pola musiman awal tahun dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Sepanjang Januari hingga Agustus 2022, inflasi tertinggi terjadi pada Juli 2022, dimana inflasi tercatat sebesar 4,94 persen atau melebihi kisaran target BI 2-4 persen. Inflasi yang tinggi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yang kala itu mencapai 6,25 persen.
Adapun kelompok yang memberikan andil paling besar terhadap inflasi berasal dari kelompok volatile food yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,41 persen (month-to-month/mtm) atau 11,47 persen secara tahunan. Dengan capaian tersebut, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,25 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, komoditas penyumbang utama peningkatan harga kelompok bergejolak yaitu cabai merah, bawang merah dan cabai rawit. Ini lantaran adanya gangguan pasokan di sentra produksi akibat cuaca buruk.