Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Tahunan Agustus 2022 Diproyeksi Capai 4,79 Persen

Secara tahunan, inflasi pada Agustus 2022 diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4,94 persen yoy.
Pedagang melayani pembeli di Pasar Karbela, Jakarta, Senin (9/5/2022)./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto
Pedagang melayani pembeli di Pasar Karbela, Jakarta, Senin (9/5/2022)./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2022 diperkirakan mengalami deflasi sejalan dengan harga pangan yang mulai menurun.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan IHK pada Agustus 2022 akan mencatatkan deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

"Indeks Harga Konsumen diperkirakan turun sebesar -0,12 persen pada Agustus 2022, dari 0,64 persen secara bulanan pada Juli 2022,” katanya, Selasa (30/8/2022).

Secara tahunan, tingkat inflasi pada Agustus 2022 diperkirakan mencapai 4,79 persen (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4,94 persen yoy.

Faisal menjelaskan, perkiraan deflasi tersebut disebabkan oleh penurunan harga bahan pangan, khususnya bawang merah, cabai merah, daging ayam, dan minyak goreng, sejalan dengan normalisasi hasil panen dan produksi pangan di tengah kondisi cuaca yang kondusif.

“Tarif jasa angkutan udara juga terlihat turun di tengah desakan pemerintah menambah jumlah armada pesawat niaga,” jelasnya.

Sementara itu, Faisal memperkirakan tingkat inflasi inti pada Agustus 2022 akan mencapai 2,99 persen, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 2,86 persen.

Inflasi inti secara tahunan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan membaiknya permintaan dan mobilitas masyarakat, juga akan didorong oleh rencana kenaikan harga BBM ke epan oleh pemerintah.

Dampak dari kenaikan harga BBM diperkirakan cukup besar karena tidak hanya berdampak pada putaran pertama pada inflasi administered price, tetapi juga berdampak pada putaran kedua, pada transportasi serta barang dan jasa lainnya.

Berdasarkan perhitungannya, jika harga Pertalite dinaikkan dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, maka akan meningkatkan inflasi sebesar 0,83 persen poin dan berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar -0,17 persen poin.

Lebih lanjut, jika harga Solar meningkat dari Rp5.150 per liter menjadi Rp8.500 per liter, maka akan memberikan kontribusi kenaikan inflasi sekitar 0,33 persen poin dan berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,07 persen poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper