Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan Margo Yuwono dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah pada Selasa (30/8/2022) yang dipantau secara daring melalui kanal YouTube Kemendagri RI.
"Akibat kenaikan BBM, karena BBM digunakan untuk konsumsi hampir seluruh sektor, maka inflasi kita di 17,11 persen. Jadi pentingnya mengendalikan harga energi menjadi catatan dari kita supaya tidak memberikan efek kepada inflasi," katanya.
Belajar dari pengalaman di 2005, kata Margo, tingkat inflasi kala itu mencapai 17,11 persen lantaran pemerintah melakukan penaikkan harga BBM sebanyak dua kali di Maret dan Oktober.
Pada 2005, pemerintah menaikkan harga BBM dimana Bensin naik sebesar 32,6 persen dan Solar sebesar 27,3 persen di Maret 2005. kemudian, di Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga Bensin di 87,5 persen dan solar 104,8 persen.
Tidak hanya di 2005, pemerintah juga menaikkan harga BBM pada 2013 dan 2014, dimana naiknya harga BBM membuat tingkat inflasi masing-masing mencapai 8,38 persen dan 8,36 persen.
Meski demikian, Margo menilai dampak kenaikan harga BBM di 2013 dan 2014 relatif lebih rendah dibandingkan 2005 lantaran kebijakan bantuan sosial di 2013 dan 2014 sudah lebih baik sehingga dampaknya terhadap inflasi dapat ditekan, terutama pada kelompok menengah dan rentan.
Disamping itu, Margo juga mengingatkan agar pemerintah, baik pusat maupun daerah berhati-hati terhadap inflasi. Pasalnya, tingginya inflasi dapat berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga, yang merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, dimana 56 persen disumbang oleh konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan data yang disampaikan Margo, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga secara tahunan dari 4 persen di 2005, turun menjadi 3,2 persen pada 2006. Demikian halnya di 2013 dan 2014 dimana konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan, dimana pada 2013 tercatat turun dari 5,43 persen menjadi 5,15 persen pada 2014, dan kembali turun menjadi 4,96 persen pada 2015.
"Ini perlu mendapatkan perhatian kita semua. Jangan sampai inflasi kita tinggi di masing-masing daerah yang akan menggerus daya beli masyarakat dan nanti ekonominya akan turun cukup signifikan karena pengaruhnya terhadap konsumsi pemerintah," ungkapnya.