Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah masih menghitung kembali kemampuan anggaran pendapatan dan belanja negara (ABPN) 2022 untuk menambah kuota bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar untuk semester II/2022.
Komitmen itu disampaikan Arifin setelah parlemen mendesak Arifin untuk segera merealisasikan program penambahan kuota untuk pertalite dan solar masing-masing sebesar 5,45 juta kiloliter (KL) dan 2,28 juta KL yang telah diajukan sejak April 2022 lalu.
“Kita sudah usulkan, tetapi juga kita kalkulasikan apakah dalam semester dua ini kita bisa melakukan program-program tepat sasaran sehingga kuotanya tidak melebihi apa yang menjadi plafon anggarannya pemerintah,” kata Arifin saat rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII, Rabu (24/8/2022).
Di sisi lain, Arifin menuturkan, pemerintah masih menghitung peluang untuk mengurangi beban subsidi lewat penyesuaian harga BBM di tengah masyarakat. Hanya saja, dia menggarisbawahi, pemerintah tetap berhati-hati untuk memutuskan untuk menaikkan harga BBM murah tersebut.
“Kita mencari skema yang pas dan baik, inflasi kita sekarang 4,9 persen kontribusi energi dalam inflasi ini 1,6 persen karena sektor transportasi yang pergerakannya cukup pesat,” kata dia.
Selain itu, dia menambahkan, pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan pembatasan pembelian pertalite dan solar lewat revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM yang diharapkan selesai pada bulan ini.
Baca Juga
“Program-program pembatasan mulai dari peraturan mana yang bisa kita matangkan, lalu juga digitalisasi SPBU,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa anggaran subsidi energi Rp502 triliun pada APBN 2022 akan habis karena tingginya tingkat konsumsi energi dan harga minyak global yang masih mahal.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani dalam rapat kerja Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) dengan Menteri Keuangan, Selasa (23/8/2022). Dia memaparkan realisasi APBN 2021 dan gambaran pelaksanaan anggaran tahun ini.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa tingginya harga minyak global membuat pemerintah harus menaikkan subsidi energi hingga tiga kali lipat tahun ini, menjadi Rp502 triliun. Sayangnya, dana jumbo itu ternyata tidak cukup untuk menahan harga di tingkat masyarakat.
"Dengan harga BBM, minyak dunia yang terus menerus tinggi, Rp502 triliun diperkirakan akan habis dan masih belum mencukupi. Kami memperkirakan apabila laju konsumsi seperti yang terjadi pada tujuh bulan terakhir ini maka Rp502 triliun akan habis dan masih akan ada tambahan lagi," ujar Sri Mulyani di gedung DPR RI, pada Selasa (23/8/2022).