Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas minyak goreng pada Juli 2022 memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,07 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan dengan perkembangan tersebut, komoditas minyak goreng telah mencatatkan deflasi selama 3 bulan beruntun.
Sebelumnya, kenaikan harga minyak goreng sempat menjadi pemicu utama yang mengerek inflasi hingga ke level 0,66 persen pada Maret 2022 dan 0,95 persen pada April 2022.
“Perkembangan harganya pada Juli 2022, penurunan harga minyak curah lebih dalam dibandingkan minyak masak, turunnya lebih cepat dibandingkan minyak kemasan,” katanya dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).
Meski mencatatkan deflasi secara bulanan, Margo mengatakan secara tahunan komoditas minyak goreng masih memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,29 persen.
“Meski secara tahunan masih memberikan andil inflasi, tapi trennya menurun dari waktu ke waktu, ini artinya upaya pemerintah dalam menjaga harga minyak goreng sudah membuahkan hasil dan sudah memberikan dampak ke deflasi 3 bulan berturut-turut,” jelasnya.
Secara keseluruhan, BPS mencatat tingkat inflasi pada Juli 2022 mencapai 0,64 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Tingkat inflasi tersebut tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,61 persen mtm.
Secara tahunan, tingkat inflasi pada Juli 2022 mencapai 4,94 persen (year on year/yoy). Sementara itu, secara tahun berjalan, tingkat inflasi pada periode tersebut mencapai 3,85 persen mtm.
Kenaikan inflasi Juli secara bulanan dipicu oleh kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai merah.