Bisnis.com, JAKARTA – Pemegang obligasi yang dikeluarkan China Evergrande Group menolak pengajuan perpanjangan tenggat waktu pembayaran obligasi berdenominasi yuan. Hal ini menandakan babak terbaru mengenai krisis utang sektor properti di China.
Dilansir Bloomberg pada Senin (11/7/2022), pemegang obligasi denominasi yuan dari anak usaha utama Evergrande, Hengda Real Estate Group Co., menolak pengajuan perpanjangan pembayaran melewati batas waktu 8 Juli selama enam bulan, mengutip keterbukaan kepada bursa saham Shenzhen.
Perusahaan telah mengadakan pertemuan minggu lalu untuk meminta persetujuan kreditur, tetapi lebih dari 90 persen dari pemegang suara menolak usulan perpanjangan.
Krisis kredit di raksasa properti China mengguncang pasar tahun lalu karena pihak berwenang memulai tindakan keras terhadap sektor real estat yang dibebani utang. Ini dapat menjadi tunggakan resmi pertama Evergrande jikga gagal membayar kembali obligasi dalam negeri tersebut, setelah gagal membayar obligasi dolar pada bulan Desember.
CIO Beijing Shengao Private Equity Fund Management Co Ltd. Li Kai mengatakan ini adalah pertama kalinya Evergrande gagal untuk memperpanjang pembayaran obligasi dalam negeri dan akan menjadi default.
“Ini akan menciptakan jalur baru untuk restrukturisasi dan akan berimplikasi pada penetapan harga. obligasi real estate terutama obligasi yang diperpanjang. Kami memperkirakan lebih banyak default obligasi domestik setelah ini,” ungkap Kai seperti dikutip Bloomberg, Senin (11/7/2022).
Baca Juga
Obligasi yang dimaksud senilai 4,5 miliar yuan ($671 juta) yang jatuh tempo pada tahun 2023 dengan opsi jual bagi investor untuk mencari pembayaran lebih awal. Obligasi ini tidak memiliki masa tenggang.
Evergrande pada bulan Januari menghindari default pertama pada obligasi publik dalam negeri dengan mendapatkan dukungan investor untuk menunda pembayaran awal selama enam bulan.
Evergrande sejauh ini terhindar dari gagal bayar obligasi dalam negeri dengan mendapatkan penundaan pada tenggat waktunya. Unit tersebut telah mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya sedang mencari penundaan lebih lanjut hingga 8 Januari tahun depan, ketika obligasi tersebut akan jatuh tempo.
Baik investor dalam negeri maupun luar negeri mengamati dengan cermat apa yang bisa menjadi salah satu restrukturisasi utang terbesar di negara itu, saat mereka bersiap untuk pertempuran panjang mengenai siapa yang akan dibayar dari apa yang tersisa. Evergrande memiliki liabilitas lebih dari US$300 miliar.
Evergrande sebelumnya mengatakan pihaknya berencakan menawarkan proposal restrukturisasi awal kepada kreditor pada akhir Juli. Raksasa real estat itu mengatakan bulan lalu bahwa mereka secara aktif mendorong pekerjaan restrukturisasi.
Tentang obligasi dalam negeri, Hengda mengatakan akan aktif bernegosiasi dengan pemegang obligasi untuk mencapai kesepakatan.