Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) Xie Feng menuding kebijakan proteksionisme Washington merusak kerja sama pertanian kedua negara, sekaligus memperingatkan agar petani tidak dijadikan korban perang dagang dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
“Proteksionisme semakin marak dan telah membayangi kerja sama pertanian China-AS,” ujar Xie Feng, berdasarkan transkrip pidato yang dipublikasikan Kedutaan Besar China di Washington dikutip dari Reuters, Senin (25/8/2025).
Pertanian menjadi salah satu titik sengketa utama dalam perang tarif yang dilancarkan Presiden Donald Trump terhadap China. Pada Maret lalu, Beijing mengenakan bea masuk hingga 15% terhadap produk pertanian dan makanan asal AS senilai US$21 miliar sebagai balasan atas tarif impor yang diberlakukan Washington.
Kedua negara kemudian menyepakati perpanjangan gencatan dagang selama 90 hari bulan ini untuk menunda penerapan tarif tambahan berskala besar.
Menurut Xie, ekspor pertanian AS ke China anjlok 53% pada paruh pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kedelai yang merosot 51%.
“Petani Amerika, seperti halnya petani China, adalah pekerja keras dan rendah hati. Pertanian seharusnya tidak disandera politik, dan petani tidak boleh menanggung beban perang dagang,” tegasnya secara terpisah dalam acara industri kedelai di Washington.
Baca Juga
Xie menilai pertanian seharusnya menjadi pilar kerja sama bilateral. China memiliki keunggulan pada produk padat karya, sedangkan AS unggul dalam komoditas berbasis lahan melalui produksi mekanis berskala besar.
Meski demikian, ketegangan kian meningkat setelah Menteri Pertanian AS Brooke Rollins bulan lalu menyatakan akan membatasi pembelian lahan pertanian oleh lawan asing, termasuk China.
Departemen Pertanian AS juga memberhentikan 70 peneliti asing kontrak usai tinjauan keamanan nasional terkait perlindungan pasokan pangan domestik dari negara seperti China, Rusia, Korea Utara, dan Iran.
Xie menepis tuduhan tersebut. Dia mengatakan, investor China hanya menguasai kurang dari 0,03% lahan pertanian di AS.
"Jadi dari mana klaim ‘ancaman terhadap keamanan pangan AS’ itu berasal?” katanya, menyebut kebijakan Washington sebagai bentuk manipulasi politik.
Sementara itu, eksportir kedelai AS berisiko kehilangan potensi penjualan miliaran dolar ke China tahun ini. Pasalnya, pembeli di negara importir kedelai terbesar dunia itu telah mengamankan pasokan dari Brasil untuk periode puncak musim pemasaran kedelai AS, menurut pelaku perdagangan.