Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Kawasan Industri (HKI) bersiap menadah berkah relokasi pabrik dari sejumlah negara yang didorong momentum penerapan tarif tinggi hasil kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk dari sejumlah negara.
HKI sendiri mengklaim adanya peningkatan relokasi pabrik industri dari China dan sejumlah negara lainnya. Ketua Umum HKI Akhmad Ma’ruf Maulana mengatakan tak hanya China, banyak pabrikan asal negara-negara lain seperti Jepang, Korea, Uni Eropa, hingga Amerika Serikat yang mengalihkan produksinya ke Indonesia.
“Bukan hanya beli [lahan industri], tetapi ada yang sewa dan ini peningkatannya sangat luar biasa bahkan semua pemilik kawasan di seluruh Indonesia ekspansi,” jelas Ma’ruf kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).
Dia menerangkan, banyak pabrikan asing yang saat ini berminat membangun industri di luar Jawa, salah satunya di Kepulauan Riau. Bahkan, ekspansi kawasan industri di wilayah timur Indonesia juga tengah meningkat.
Ma’ruf memerinci, relokasi itu antara lain akan direalisasikan oleh pabrikan dari sektor pengolahan baterai lithium, solar photovoltaic (PV), hilirisasi pasir silika, kosmetik, hingga farmasi.
“Untuk itu, kami butuh dukungan dari pemerintah mempermudah perizinan dari pemerintah pusat dan daerah karena ini momentum untuk tumbuhnya ekonomi Indonesia menuju 8%. Kami optimistis dan yakin kalau ini dipermudah akan tercapai target Presiden Prabowo Subianto,” jelasnya.
Baca Juga
Pemerintah pusat diharapkan mempercepat harmonisasi regulasi dan penyederhanaan perizinan sementara Pemerintah daerah diharapkan memberikan dukungan infrastruktur dasar dan keamanan.
Pihaknya siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam menarik lebih banyak investasi, menciptakan lapangan kerja. Dengan sinergi yang baik, percepatan perizinan, serta dukungan infrastruktur, kawasan industri dapat menjadi lokomotif nyata bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih tinggi dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, menurut Ma’ruf ekspansi kawasan industri juga didorong pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal II/2025, sektor industri pengolahan nonmigas mencatat pertumbuhan sebesar 5,60% (year-on-year/YoY).
Angka tersebut dinilai lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,12% YoY. Secara lebih spesifik, subsektor industri makanan & minuman, logam dasar, serta kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh hingga 5,68%, mengukuhkan peran industri pengolahan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.