Bisnis.com, JAKARTA — Resesi perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berlangsung sepanjang tahun depan. Namun, kondisi perekonomian ini yang dibutuhkan untuk menekan kenaikan inflasi.
"Ekonomi AS sangat dekat ke, jika belum masuk, resesi," kata Ekonom Nasional dan Direktur Institute for Economic Forecasting UCF Sean Snaith dalam U.S. Economic Forecast terbarunya, dilansir melalui situs resmi UCF, Sabtu (9/7/2022).
Dia mengatakan, kurva laju ekonomi AS akan membentuk 'mangkuk pasta' karena bentuknya yang rendah dan dangkal. Dia memperkirakan kemungkinan akan berlangsung selama empat kuartal, namun tidak dalam, karena itu resesi akan menyerupai bagian yang luas dari mangkuk.
“Ketika keluar dari resesi ini, tidak akan ada pemulihan yang didorong seperti roket seperti yang AS alami pada 2020,” katanya.
“Ekonomi AS akan keluar perlahan dari mangkuk pasta, dengan cara yang sama saat kami memasukinya”.
Pada Mei 2009, Snaith secara akurat memprediksi akhir dari Great Recession dan memperkirakan pemulihan terjadi secara bertahap.
Baca Juga
Dia memperkirakan, perlambatan ekonomi akan membantu Federal Reserve mendorong laju inflasi ke bawah sambil memberikan waktu rantai pasokan global untuk kembali normal dan memungkinkan harga gas dan minyak turun.
Sementara konsumen AS telah mendorong pemulihan ini, harga bensin yang tinggi dan kenaikan harga makanan dan perumahan telah mengikis daya beli mereka dan mengarah ke resesi.
Ekonomi AS yang terkontraksi 3,4 persen pada 2020 sebelum meningkat menjadi 5,7 persen pada 2021, akan turun menjadi 1,4 persen pada 2022.
Kemudian perekonomian diperkirakan akan berkontraksi sebesar 0,2 persen pada 2023 sebelum perlahan naik menjadi 1 persen pada 2024 dan 1,8 persen pada 2025.
Pengeluaran konsumsi meningkat menjadi 7,9 persen pada 2021, namun diperkirakan akan menurun menjadi 2,3 persen pada 2022 dan 0,4 persen pada 2023 sebelum perlahan naik menjadi 1,1 persen pada tahun 2024 dan 1,5 persen pada 2025.