Bisnis.com, JAKARTA – Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek kembali menjadi sorotan karena Proyek Strategis Nasional (PSN)l ini dipastikan beroperasi molor dari target awal. Sebelumnya proyek ini direncanakan bisa beroperasi Agustus 2022, lalu mundur menjadi akhir tahun ini.
Sebelumnya, proyek LRT Jabodebek sudah mundur beberapa kali dari target Commercial Operation Date atau COD. Awalnya, PSN itu ditargetkan beroperasi pada Juli 2019 dan akhirnya digeser ke Agustus 2022 karena kesulitan pembebasan lahan, dan pandemi Covid-19.
Tak hanya mundur dari target, persoalan pendanaan LRT Jabodebek juga masih bermasalah. Awalnya, proyek ini bernilai Rp29,9 triliun lalu bengkak menjadi Rp2,6 triliun dan saat ini menjadi Rp32,5 triliun.
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI bertugas sebagai pemilik proyek sekaligus operator LRT Jabodebek.
Riwayat proyek LRT dimulai sejak 2015. Proyek tersebut akhirnya diberi landasan hukum saat diterbitkannya Perpres No.49/2017 pada Mei, lima tahun yang lalu.
Per Juni 2022, progres proyek LRT Jabodebek sudah mencapai 91 persen. Pihak operator masih menguji integrasi seluruh sistem serta pekerjaan stasiun sekaligus depo.
Nantinya, moda LRT Jabodebek juga direncanakan bisa terintegrasi dengan beberapa moda transportasi jalan lainnya. Untuk di DKI Jakarta, LRT Jabodebek ditargetkan bisa terintegrasi dengan Transjakarta dan angkutan Jak Lingko.
"Sementara waktu yang sudah berjalan yaitu integrasi dengan Trans Jakarta dan angkutan Jak Lingko [untuk area stasiun di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta] serta integrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Stasiun Halim," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Urban Transport/LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi, Juni 2022.
Adapun, LRT Jabodebek akan beroperasi di 18 stasiun yaitu Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jatimulya.