Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa defisit APBN hingga akhir 2022 diperkirakan akan mencapai level di bawah 4 persen dari PDB, sejalan dengan penerimaan negara yang meningkat sebagai efek dari lonjakan harga komoditas.
Dia menjelaskan, proyeksi defisit APBN telah diturunkan menjadi 4,50 dalam Perpres 98/2022, dari sebelumnya 4,85 persen berdasarkan UU APBN Tahun Anggaran 2022.
“Sekarang kami memperkirakan akan di bawah 4 persen. Jadi drop menjadi Rp732,2 triliun atau hanya 3,92 persen dari PDB,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Jumat (1/7/2022).
Sri Mulyani menjelaskan, defisit yang diperkirakan turun menggambarkan APBN relatif lebih sehat dan kuat di tengah tantangan global yang tinggi, terutama dengan naiknya inflasi dan pengetatan kebijakan moneter global.
Pendapatan negara hingga akhir tahun diperkirakan mencapai Rp2.436,9 triliun, naik dari Rp2.266,2 triliun dari Perpres No. 98/2022 dan Rp1.846,1 triliun dari target APBN Tahun Anggaran 2022.
Penerimaan pajak diperkirakan naik signifikan mencapai Rp1.608,1 triliun. Perkiraan ini juga naik dari Rp1.485,0 triliun berdasarkan Perpres No. 98/2022 dan Rp1.265,0 triliun dari target APBN Tahun Anggaran 2022.
Baca Juga
Sementara itu, belanja negara hingga akhir tahun diperkirakan mencapai Rp3.169,2 triliun, dari proyeksi sebelumnya dalam Perpres No. 98/2022 sebesar Rp3,106,4 triliun dan target APBN Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp2.714,2 triliun.
Sri Mulyani menyampaikan, risiko dari perekonomian global bergeser dan harus terus dimitigasi. Namun, APBN tahun ini dinilai masih dalam posisi yang cukup optimal sebagai shock absorber dalam mempertahankan daya beli masyarakat serta untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
“Defisit akan menurun sangat signifikan di bawah 4 persen dan pemulihan ekonom dan kinerja APBN yang baik akan menjadi bekal yang cukup baik dalam kita menghadapi goncangan global yang kita perkirakan masih tinggi,” tutur Sri Mulyani.