Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus berupaya untuk meningkatkan produksi minyak dan gas (Migas) lewat kegiatan dari hulu ke hilir.
Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari mengatakan bahwa peningkatan kinerja lifting itu dilakukan untuk menjamin alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram tetap terjaga di tengah disrupsi pasokan minyak mentah global pada tahun ini.
“Di hulu, Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas, di mana tercatat pada April 2022 mencapai sebesar 969 MBOEPD. Untuk meningkatkan produksi Migas, Pertamina terus menambah sumur eksplorasi, sumur eksploitasi, sumur workover dan well service,” kata Heppy melalui siaran pers, Kamis (9/6/2022).
Di sisi lain, Heppy menambahkan, Pertamina juga turut memastikan ketersediaan energi dari sisi pengolahan dengan memperkuat keandalan operasional kilang serta peningkatan kualitas produk. Selain itu, Pertamina juga turut mempercepat penyelesaian sejumlah proyek pembangunan kilang.
Saat ini, ketahanan pasokan BBM bersubsidi secara nasional relatif stabil dengan Pertalite berada di kisaran 17 hari dan solar subsidi 22 hari, serta LPG 17 hari.
“Pertamina sebagai salah satu operator yang mendapat penugasan menyalurkan BBM dan LPG Subsidi dari Pemerintah akan terus menjaga stok agar kebutuhan BBM dan LPG ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan paralel distribusi tetap dijaga agar sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan Pemerintah,” kata dia.
Baca Juga
Dia menambahkan, kondisi stok BBM dan LPG belakangan relatif aman untuk memenuhi konsumsi masyarakat setelah mengalami lonjakan tajam pada masa liburan Idulfitri lalu.
“Untuk menjamin pasokan tetap mencukupi, tidak hanya diukur pada ketersediaan di SPBU tetapi juga upaya yang dilakukan untuk memastikan operasional hulu dan pengolahan berjalan dengan optimal,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih atau net profit mencapai US$2,05 miliar atau setara dengan Rp29,69 triliun pada tahun anggaran 2021. Torehan laba bersih perusahaan pelat merah itu naik sebesar 95 persen dari capaian pada 2020 di posisi US$1,05 miliar atau setara dengan Rp15,2 triliun.
Pembukuan laba bersih itu sudah disepakati oleh pemegang saham lewat Rapat umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2021 yang berlangsung pada Rabu (8/6/2022). Adapun kinerja keuangan Pertamina itu sudah melampaui catatan pada masa sebelum pandemi.
“Alhamdullilah, RUPS tadi pagi kita membukukan peningkatan revenue yang profitnya hampir dua kali lipat dari tahun lalu, kita mencatat Rp29 triliun keuntungan bersih kita,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati saat Gathering Pemimpin Redaksi Media, Jakarta, Rabu (9/6/2022) malam.
Adapun, pendapatan Pertamina pada 2021 berhasil menyentuh di angka US$57,51 miliar setara dengan Rp832,97 triliun. Torehan itu naik 39 persen dari capaian 2020 di posisi US$41,47 miliar setara dengan Rp600,65 triliun.
Pada 2020, asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) dipatok sebesar US$40 per barel. Sementara, harga ICP pada tahun berikutnya naik mencapai US$68 per barel.
Artinya terjadi kenaikan rata-rata ICP sebesar 71 persen selama kurun waktu satu tahun. Hal itu menyebabkan arus kas operasional atau operating cash flow Pertamina cenderung menurunkan lantaran tidak elastis dengan kenaikan ICP yang relatif bergerak signifikan tersebut.
Di sisi lain, Pertamina membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA operasional sebesar US$9,45 miliar setara dengan Rp136,8 triliun.
Pencatatan itu naik 19 persen dari posisi 2020 di angka US$7,95 miliar atau setara dengan 115,1 triliun. EBITDA itu sudah turut memasuki komponen kompensasi harga jual eceran Jenis BBM Tertentu (JBT) solar dan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.