Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Blak-blakan Soal Dampak Tapering The Fed ke Indonesia

Menteri Keuangan RI blak-blakan soal dampak tapering the Fed terhadap ekonomi Indonesia. Simak penjelasannya!
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menjelasnkan dampak normalisasi kebijakan atau tapering Federal Reserve (The Fed) ke ekonomi Indonesia.

Dia juga membandingkan perbedaan efek dari tapering The Fed pada periode 2013 dan 2022 atau saat pandemi Covid-19.

"Mengenai masalah tapering, pada 2013 Indonesia mengalami dampak yang luar biasa tinggi karena Indonesia menghadapi current acount deficit [defisit transaksi berjalan]," ujarnya dalam video singkat yang diunggah akun Youtube Kementerian Keuangan RI, Rabu (23/2/2022).

Ketika The Fed mengumumkan tapering pada Desember 2021, Sri Mulyani mengatatakan CAD Indonesia sedang mengalami surplus karena kondisi neraca perdagangan lebih bagus.

Bank Indonesia melaporkan transaksi berjalan pada 2021 membukukan surplus sebesar US$3,3 miliar atau 0,3 persen dari PDB, setelah mencatat defisit pada 2020 sebesar US$4,4 miliar atau 0,4 persen dari PDB.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2021 mengalami surplus sebesar US$35,34 miliar.

"Saat tapering, CAD Indonesia sedang surplus karena trade account kita lebih bagus. Neraca perdagangan kita surplus 19 bulan berturut-turut. Cadangan devisa kita tinggi. CAD kita tidak defisit. Ini memberikan bekal yang lebih baik dari sisi kekuatan kita," imbuhnya.

Menkeu mengatakan menguatnya perekonomian di dalam negeri membuat Indonesia bisa menahan dampak tapering. Hal itu, lanjutnya, membuat tingkat volatilitas atau degree of volatility menjadi tidak tinggi.

Meski demikian, Sri Mulyani tak menampik bahwa ada negara-negara yang rentan terdampak akibat gejolak ekonomi di Amerika Serikat.

"Indonesia Insyaallah jauh lebih baik. CAD kita menurun, bahkan surplus, ekspor bagus, industri bagus. Ekspor tumbuh di atas 50 persen, itu juga bukan cuma komoditas saja, kita juga ekspor besi baja. Jadi ada value added," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper