Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan semakin melebar sepanjang 2025, usai realisasi defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2025 sebesar US$0,2 miliar atau 0,1% dari produk domestik bruto.
Proyeksi tersebut tercantum dalam Laporan Neraca Pembayaran Indonesia: Realisasi Triwulan I 2025 yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) pada Kamis (22/5/2025).
"Untuk keseluruhan tahun 2025, transaksi berjalan diperkirakan mencatat defisit yang rendah dalam kisaran 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB," tulis laporan BI.
Artinya, proyeksi defisit transaksi berjalan 0,5%—1,3% sepanjang 2025 lebih lebar dari realisasi defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2025 sebesar 0,1%.
Di sisi lain, BI memperkirakan neraca transaksi modal dan finansial tetap surplus di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Hanya saja, bank sentral menekankan ada beberapa faktor yang patut diperhatikan.
Di satu sisi, kesepakatan penurunan tarif impor secara temporer antara AS dan China berdampak positif ke pertumbuhan ekonomi dunia. Di sisi lain, ketidakpastian global masih terus berlanjut sehingga masih menimbulkan berbagai risiko ekonomi dan geopolitik.
Baca Juga
"Aliran keluar modal global juga masih berlanjut sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan mata uang, termasuk Indonesia," jelas laporan BI.
Oleh sebab itu, BI menyatakan akan terus terus mencermati berbagai risiko eksternal dan domestik yang dapat mempengaruhi kinerja neraca pembayaran Indonesia.
Bank sentral berjanji akan terus memperkuat respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global, menarik aliran masuk modal asing, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait.
"Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, yang antara lain akan tercermin pada capaian neraca pembayaran Indonesia yang lebih baik," tutup laporan BI.
Sementara itu, BI mencatat terjadi tren penurunan defisit transaksi berjalan dalam dua kuartal belakangan.
Defisit transaksi berjalan sebesar U$0,2 miliar pada kuartal I/2025, US$1,1 miliar pada kuartal IV/2024, dan US$2 miliar pada kuartal III/2024.