Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Transaksi Berjalan RI Kembali Bukukan Defisit US$1,6 Miliar

Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi berjalan RI kembali bukukan defisit US$1,6 miliar pada 2023.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Transaksi berjalan (current account) Indonesia kembali membukukan defisit pada 2023 setelah berhasil membukukan surplus pada 2021 dan 2022.

Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi berjalan pada 2023 mencatatkan defisit yang terkendali, yaitu sebesar US$1,6 miliar atau setara dengan 0,1% dari PDB.

Pada tahun sebelumnya, transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus yang tinggi sebesar US$13,2 miliar, melanjutkan tren surplus pada 2021 sebesar US$3,4 miliar.

“Transaksi berjalan pada 2023 mencatat defisit yang terkendali sebesar US$1,6 miliar atau 0,1% dari PDB,” kata Asisten Gubernur, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan resminya, Kamis (22/2/2024).

Sebagaimana diketahui, transaksi berjalan Indonesia sebelum pandemi Covid-19 hampir selalu membukukan defisit. Transaksi berjalan Indonesia justru membaik pada masa pandemi Covid-19.

Pada 2020 misalnya, defisit transaksi berjalan berhasil menyempit menjadi sebesar US$4,7 miliar atau 0,4% dari PDB.

Berdasarkan catatan Bisnis, defisit transaksi berjalan pada 2019 mencapai US$30,4 miliar atau setara dengan 2,72% dari PDB, meski deficit ini membaik dari periode tahun sebelumnya.

Pada 2018, transaksi berjalan Indonesia bahkan membukukan defisit sebesar US$31 miliar atau mencapai 2,98% terhadap PDB dan merupakan defisit terdalam sejak 2014.

Transaksi berjalan yang membaik pada masa pandemi Covid-19 pun tidak terlepas dari durian runtuh melonjaknya harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global yang memicu peningkatan surplus neraca perdagangan barang secara signifikan.

Erwin menyampaikan kembali defisitnya transaksi berjalan pada 2023 dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang, seiring dengan kondisi perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta permintaan domestik yang kuat. 

Di sisi lain, defisit neraca jasa berkurang sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara seiring pemulihan sektor pariwisata yang terus berlangsung.

Namun demikian, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada 2023 mais mencatatkan surplus sebesar US$6,3 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$4 miliar. Surplus NPI tersebut utamanya ditopang oleh kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial. 

Erwin mengatakan, transaksi modal dan finansial pada 2023 mencatatkan perbaikan signifikan dengan membukukan surplus US$8,7 miliar, dibandingkan dengan defisit US$8,7 miliar pada 2022.

Kondisi ini ditopang oleh surplus investasi langsung dan investasi portofolio di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. 

Dengan perkembangan tersebut, Bi menilai bahwa ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap kuat di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global.

“Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” kata Erwin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper