Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia menghabiskan US$45,9 miliar atau setara dengan Rp656 triliun (asumsi kurs 14.300) sepanjang 2021 untuk mendorong pemulihan ekonomi. Hal tersebut membuat ekonomi berhasil tumbuh dari kondisi tahun pertama pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam gelaran G20 Finance Track Main & Side Events, Rabu (16/2/2022). Pertemuan daring itu merupakan bagian dari rangkaian acara Presidensi G20 oleh Indonesia.
Menurutnya, keuangan negara memiliki peranan penting bukan hanya dalam penanganan Covid-19, tetapi juga pemulihan ekonomi dari dampak pandemi. Kebijakan fiskal menjadi salah satu instrumen penting dalam menyediakan strategi countercyclical.
"Pada 2021, pemerintah Indonesia sudah menghabiskan sekitar US$45,9 miliar dolar atau 23,6 persen dari total pengeluaran 2021 untuk mendukung pemulihan ekonomi," ujar Sri Mulyani pada Rabu (16/2/2022).
Pengerahan dana dan berbagai kebijakan membuahkan hasil yakni pertumbuhan ekonomi 3,69 persen pada 2021, sesuai dengan batas bawah dari target pertumbuhan ekonomi pemerintah yakni 3,7 persen—4,5 persen. Capaian itu meningkat dari 2020 yang masih terkontraksi 2,07 persen.
Sri Mulyani menilai bahwa pemulihan kondisi ekonomi terjadi di berbagai sektor dan sisi. Sisi produksi tumbuh dengan baik begitu pun permintaannya, seiring meningkatnya kembali kepercayaan diri masyarakat untuk berkonsumsi.
Baca Juga
Menurutnya, kinerja ekspor memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, didorong oleh pemulihan secara global. Pertumbuhan yang kuat pun tercatat di sektor perdagangan dan pertambangan, seiring meningkatnya harga komoditas.
"Perekonomian Indonesia telah mencapai dan melampaui level sebelum pandemi Covid-19. Ini membuat Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan pemulihan yang cepat," ujar Sri Mulyani.