Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan mewaspadai potensi kenaikan harga bahan bakar minyak yang masih berlanjut akibat konflik Rusia-Ukraina pada awal tahun ini.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak itu dapat mengungkit inflasi sejumlah barang terkait di tengah masyarakat.
Selain itu, Lutfi menambahkan kenaikan harga bahan bakar minyak itu juga dapat menaikan nilai impor bahan baku untuk industri sepanjang tahun ini. Konsekuensinya, torehan neraca perdagangan bakal terkoreksi signifikan akibat naiknya bahan baku industri tersebut.
“Kemendag tengah mewaspadai potensi kenaikan harga bahan bakar minyak yang saat ini mencapai ke level US$95 per barel. Kenaikan bahan bakar ini bisa ikut menaikkan nilai impor bahan baku untuk industri yang dapat merembes ke inflasi di tengah masyarakat pada tahun ini,” kata Lutfi kepada Bisnis, Selasa (15/2/2022).
Kendati demikian, Lutfi menegaskan, kementeriannya bakal tetap menjaga torehan neraca perdagangan bertahan surplus di tengah potensi kenaikan bahan baku industri tersebut. Menurut dia, pengalihan struktur ekspor pada produk bernilai tambah seperti turunan besi dan baja, elektronika hingga otomotif bakal mampu menopang surplus neraca perdagangan pada tahun ini.
“Pengalihan pada ekspor nonkomoditas ini diharapkan dapat menjaga tren surplus neraca perdagangan pada tahun ini,” tuturnya.
Baca Juga
Sebelumnya, harga minyak mentah mulai mendingin pada perdagangan Selasa (15/2/2022) meskipun di pasar West Texas Intermediate (WTI) dan Brent harganya sudah menembus US$95 per barel. Namun, laju minyak diperkirakan masih terus naik.
Mengutip data Bloomberg pada 09.12 WIB, harga minyak WTI tercatat turun 0,34 poin atau 0,36 persen ke US$95,12 per barel. Adapun, harga minyak Brent turun 0,25 poin atau 0,26 persen ke US$96,23 per barel.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) mengungkapkan bahwa ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang belum mereda masih berpotensi meningkatkan harga minyak.
“Kekhawatiran bahwa kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina dapat memicu sanksi AS dan Eropa akan mengganggu ekspor minyak mentah dari salah satu produsen minyak utama dunia berpeluang memicu kenaikan harga minyak,” tulisnya dalam riset, Selasa (15/2/2022).
Tensi antara Rusia dan Ukraina menegang setelah Rusia mengumpulkan sekitar 110.000 bala tentara di perbatasan Ukraina. Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) juga meyakini Rusia berencana melakukan invasi skala besar dalam waktu dekat.