Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan kembali mengalami surplus sebesar US$930 juta pada Januari 2022. Sayangnya, surplus ini menurun jika dibandingkan dengan Desember 2021, yakni sebesar US$1,02 miliar.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menyampaikan bahwa ini sesuai dengan ekspektasi. Ke depannya, dia memperkirakan masih akan surplus dalam jangka pendek-menengah.
"Impornya kemungkinan melambat di Februari, sementara indeks kepercayaan konsumen melemah di tengah pengetatan PPKM [Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat]," kata David kepada Bisnis, Selasa (15/2/2022).
Dia juga mengatakan, harga komoditas masih relatif tinggi sehingga kinerja ekspor masih cukup baik, terutama karena tingginya harga energi dan produk perkebunan akibat ketegangan di Ukraina.
Mengenai apakah ada kemungkinan neraca perdagangan akan defisit di Februari 2022, dia memperkirakan kesempatan surplus masih ada karena impor kemungkinan melambat akibat naiknya level PPKM.
Untuk prospek ekspor CPO dan batu bara kedepannya, David menilai masih baik karena dunia masih dalam proses recovery. Selain itu, dirinya mengatakan agar mewaspadai perlambatan ekonomi China, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Baca Juga
Seperti diberitakan Bisnis sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan bahwa surplus yang lebih rendah dipicu oleh faktor penurunan ekspor akibat faktor musiman yang terjadi dalam dua tahun belakangan. Dia mengatakan, ekspor yang lebih rendah di Januari merupakan faktor musiman.