Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan pemerintah akan terus memantau pergerakan surplus neraca perdagangan Indonesia—Amerika Serikat (AS) seiring dengan pemberlakuan tarif resiprokal 19%.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan AS tetap menjadi negara penyumbang surplus perdagangan tertinggi pada semester I/2025, yakni mencapai US$9,92 miliar.
“Kalau kita lihat mitra dagang kita atau surplus kita tertinggi adalah ke Amerika, yaitu menyumbangkan surplus yang tertinggi sampai semester I [2025] ini sebesar US$9,92 miliar,” kata Budi dalam konferensi pers Kinerja Ekspor Semester I/2025 di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025).
Menurut Budi, surplus tertinggi dari Negara Paman Sam itu menunjukkan bahwa produk dalam negeri memiliki daya saing meski tarif resiprokal atau yang lebih dikenal dengan sebutan tarif Trump ini belum berlaku.
“Ini pertanda bahwa produk-produk Indonesia masih punya daya saing meskipun ini belum diberlakukan tarif resiprokal,” sambungnya.
Meski demikian, Budi menyampaikan bahwa pemerintah akan terus memantau surplus neraca perdagangan Indonesia—AS ke depan. Selain itu, Kemendag juga akan tetap menggenjot ekspor saat tarif resiprokal itu berlaku.
Baca Juga
“Jadi nanti kita akan monitor terus [surplus perdagangan RI—AS] dan kita tentu akan berupaya setelah dilakukan pemberlakuan tarif resiprokal, ekspor kita tetap terus meningkat,” ujarnya.
Selain AS, Budi menuturkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada semester I/2025 juga berasal dari India senilai US$6,64 miliar, Filipina US$4,36 miliar, Malaysia senilai US$3,07 miliar, dan Vietnam senilai US$2,21 miliar.
Adapun, jika ditengok dari negara kawasan, Budi menyampaikan surplus perdagangan Indonesia berasal dari kawasan Asean yang mencapai US$9,59 miliar. Disusul, Uni Eropa dan EAEU masing-masing dengan surplus senilai US$3,79 miliar dan US$0,007 miliar pada paruh pertama 2025.
Budi memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia—Uni Eropa akan semakin menguat seiring adanya perjanjian Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU—CEPA).
“Ini kalau EU [Uni Eropa], mudah-mudahan ini kan belum diberlakukan IEU—CEPA surplus ini, nanti harapan kita akan semakin meningkat karena ini pertanda yang baik bahwa sebelum diberlakukan IEU—CEPA pun ekspor kita terus mengalami peningkatan,” ujarnya.
Di sisi lain, Budi menyampaikan bahwa neraca perdagangan juga mengalami defisit dengan beberapa negara, termasuk dengan China yang mencapai US$10,69 miliar pada semester I/2025. Meski begitu, China tetap menjadi tujuan utama atau pasar utama ekspor Indonesia.
“Memang kita mengalami beberapa defisit dengan negara lain, termasuk dengan China. Tapi kalau kita lihat defisit China ini sebenarnya China adalah tujuan ekspor utama Indonesia, yaitu sebesar US$29,31 miliar. Dan yang kedua adalah [ekspor ke] Amerika sebesar US$14,79 miliar, kemudian disusul India, Jepang, dan Malaysia,” terangnya.
Tren Surplus Berlanjut
Lebih lanjut, Budi menuturkan di tengah dinamika ekonomi global, neraca perdagangan pada Juni 2025 mencatatkan surplus senilai US$4,10 miliar.
”… melanjutkan tren surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujarnya.
Adapun secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada semester I/2025 mencapai US$19,48 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu US$15,58 miliar.
Dia merincikan, surplus tersebut dihasilkan dari surplus perdagangan Indonesia nonmigas sebesar US$28,31 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$8,83 miliar.
Secara keseluruhan, total ekspor sepanjang semester I/2025 mencapai US$135,41 miliar atau naik 7,70% ctc.
Dia menjelaskan, peningkatan ekspor kumulatif tersebut didukung oleh ekspor nonmigas yang naik 8,96% ctc menjadi US$128,39 miliar pada paruh pertama 2025. Di sisi lain, pada periode yang sama, ekspor migas turun 11,04% ctc menjadi US$7,03 miliar.
Menurutnya, kinerja ekspor nasional pada semester I/2025 telah menunjukkan pertumbuhan yang positif yang sekaligus menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan.
“Target ekspor tahunan nasional kita tadi saya sampaikan 7,10% dan dalam semester I [2025] ini 7,70%,” pungkasnya.