Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak pada level tinggi dapat menjadi angin segar untuk pengembangan chemical enhanced oil recovery (EOR) sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak capaian produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri.
Pengembangan chemical EOR di dalam negeri saat ini masih tersendat oleh masalah keekonomian proyek yang masih belum menarik. Pengembangan proyek itu disebut baru bisa dilakukan apabila harga chemical EOR ekonomis, dan juga harga minyak mentah dunia bergerak pada level yang baik.
Sekretaris Perusahaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Yunus berharap, tingginya harga minyak dunia saat ini dapat menggerakan rencana pengembangan proyek EOR di dalam negeri.
“Mudah-mudahan begitu, jalan proyek EOR,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (8/2/2022).
Adapun, proyek EOR akan difokuskan di Blok Rokan dengan implementasi proyeknya dimulai sejak tahun ini sampai dengan 2023 mendatang. Proyek tersebut akan dilakukan di Lapangan Minas yang ditargetkan rampung pada 2024.
Selain di Lapangan Minas, SKK Migas telah merencanakan proyek EOR di 22 lapangan lainnya yang akan beroperasi sampai dengan 2030.
Baca Juga
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, EOR menjadi salah satu strategi yang akan digunakan sebagai kontributor peningkatan produksi lapangan-lapangan migas existing.
“Kalau kami lihat dari volume, kontribusi terbesar dari chemical EOR yang ada di Rokan. Tantangannya adalah di keekonomian, salah satunya harga chemical itu sendiri jadi untuk bisa dieksekusi secara ekonomis, juga perlu harga minyak moderat, dan perlu harga chemical yang kompetitif,” imbuhnya.