Bisnis.com, BALIKPAPAN — Unit utama proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, fasilitas Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) siap beroperasi pada November 2025.
Fasilitas RFCC sedang menjalani fase komisioning selama tiga bulan, terhitung Agustus - Oktober 2025.
Dengan beroperasinya proyek utama dalam pengembangan Kilang Balikpapan (Refinery Unit 5), kapasitas produksi produk migas Pertamina bakal bertambah. Fasilitas ini menghasilkan LPG, hingga memproduksi propilena yang akan menunjang industri petrokimia nasional.
Adapun RFCC Balikpapan memiliki kapasitas produksi bensin (gasoline) sekitar 5.000 kilo liter per hari, LPG sekitar 150.000 ton per tahun, hingga propilena sebanyak 100.000 ton per tahun.
Vice President Legal & Relation PT Kilang Pertamina Balikpapan Asep Sulaeman mengatakan kesiapan proyek RFCC sudah mencapai 96%. Selama masa komisioning, sejumlah pekerjaan untuk memastikan proyek siap beroperasi terus dipacu.
"Karena ini mesin produksi BBM Pertamina yang baru. Yang awalnya ga bisa produksi LPG (kilang Balikpapan), sekarang bisa. Kemudian juga kemampuan produksi propilena juga sama, di RFCC akan mampu memproduksinya,” katanya di sela kunjungan media ke RU 5 dan PT KDP, Kamis (14/8/2025)
Baca Juga
Menurutnya, RFCC jadi proyek penting dari RDMP Balikpapan. Dengan begitu akan menjadi proyek mercusuar Kilang Pertamina di Tanah Air. Proyek RFCC akan mendukung keandalan RU 5 yang berkapasitas produksi 260.000 barel per hari.
Setelah beroperasi pada November mendatang, target RFCC selanjutnya adalah memproduksi BBM dengan standar Euro 5. Hal ini akan menjawab kritikan publik terkait kemampuan produksi kilang Pertamina yang mengikuti standar global.
Sayangnya, Asep tidak menjelaskan tahapan lain dalam pengembangan RDMP Balikpapan.
“Nah ini yang harus dipastikan kembali. Karena memang awalnya ini ada dua tahap tapi mungkin tadi melihat banyak perkembangan-perkembangan. Sehingga Pertamina belum berani janji,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah proyek dalam kerangka RDMP Rampung telah berhasil diselesaikan. Tercatat sejumlah proyek yang ada, sudah diintegrasikan dengan operasional RU 5 Balikpapan.
Sebut saja seperti Gas In Senipah Balikpapan (31 Des 2023). Sejak saat itu, Kilang Balikpapan sudah tidak lagi menggunakan LPG untuk pembakaran sehingga terjadi penghematan konsumsi hingga 48.000 ton per tahun. Selain itu, produksi bensin meningkat signifikan dari 33.000 barel per hari menjadi 53.000 barel per hari.
Ada juga Revamping & Preflash Unit yang rampung pada 20 Juli 2024. Proyek ini meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah hingga 100.000 barel per hari. Fleksibilitas pengolahan juga semakin baik, di mana kilang kini mampu mengolah sour crude dengan kadar sulfur lebih tinggi, dari sebelumnya 0,2% menjadi hingga 0,5%.
Selain itu, pengerjaan Tangki Crude, SPM, dan Pipeline Lawe-Lawe yang berhasil meningkatkan kapasitas penyimpanan hingga 2 juta barel (hingga 13 Desember 2024), serta menurunkan biaya logistik dengan penambahan terminal berkapasitas 320 ribu DWT (3 Mei 2025).
Selanjutnya proyek Utilities & Auxiliaries yang selesai pada 20 Maret 2024. Unit BWRO menghasilkan air bersih berkapasitas 665 m³/jam dan suplai cooling water naik 34 ribu m³/jam Gas Turbine Generator, dan Boiler baru dengan kapasitas 262 ton/jam mendukung pasokan listrik hingga 35 MW dan efisiensi konsumsi steam dari 400 ton/jam menjadi 290 ton/jam.
Terakhir, Tangki feed RFCC dengan volume 98.000 m³ yang selesai 6 Agustus 2021, menambah kapasitas penyimpanan untuk kebutuhan proses pengolahan lebih lanjut.
RFCC Terbesar di Indonesia
Di sisi lain, Residual Fluid Catalytic Cracking yang ada di RDMP Balikpapan terdiri dari lima bagian utama, yaitu unit RFCC itu sendiri, RFCC-LPG, RFCC-NHT (treatment naphtha), Propylene Recovery Unit (PRU), dan Alkylation Unit.
Adapun jika nanti resmi beroperasi, maka RFCC Balikpapan merupakan fasilitas pengolahan residu minyak berat menjadi produk bernilai tinggi terbesar di Indonesia.
Proses utama dimulai dengan pengolahan residu campuran pada unit RFCC dengan kapasitas sekitar 90.000 barel per hari. Dari proses ini dihasilkan beberapa produk yang langsung diolah lebih lanjut, seperti LPG, nafta, propilena, dan gasoline.
Proses ini meningkatkan nilai ekonomi dari residu yang sebelumnya kurang optimal diolah, sehingga Kilang Balikpapan dapat menghasilkan produk bernilai jual tinggi sekaligus memenuhi standar kualitas bahan bakar modern.
Keseluruhan proses ini dikembangkan dengan lisensi dari Axens, Perusahaan teknologi asal Prancis, dan merupakan bagian dari upaya Pertamina untuk meningkatkan keekonomian dari pengolahan minyak dan mendukung ketahanan energi nasional.