Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan gas alam global diperkirakan tumbuh tipis pada tahun ini karena turunnya konsumsi di Eropa meskipun sempat naik pada 2021.
Dilansir Bloomberg pada Senin (31/1/2022), pertumbuhan permintaan akan melambat hingga 0,9 persen setelah lonjakan sebesar 4,7 persen pada tahun lalu, seperti dilaporkan oleh International Energy Agency (IEA).
Konsumsi gas alam akan meningkat di Asia dan Amerika Utara, tetapi menurun di Eropa. Permintaan gas di kawasan euro tersebut diperkirakan turun 4,5 persen setelah naik 5,5 persen pada tahun lalu.
Laporan IEA menunjukkan kerasnya krisis energi di Eropa. Harga acuan harga gas telah meningkat tiga kali lipat pada tahun lalu, mendorong utilitas pembangkit listrik untuk beralih ke batu bara dan produsen industri mengurangi penggunaan bahan bakar.
"Pembangkit listrik berbasis gas diperkirakan menurun di tengah kuatnya ekspansi energi terbarukan. Sementara itu harga gas yang kenaikannya berlanjut membebani daya saingnya melawan pembangkit listrik tenaga batu bara," kata IEA.
Kembalinya suhu ke level lebih hangat setelah dinginnya musim semi pada 2021 juga akan menurunkan permintaan pemanas di Eropa yang berkontribusi sekitar 13 persen dari total konsumsi global.
Baca Juga
Kekhawatiran akan suplai gas alam ke depan masih membayangi. Setelah rekor pemadaman pada proyek gas alam cair tahun lalu, penundaan baru dapat berlanjut membatasi ketersediaan pasokan dalam beberapa tahun ke depan.
"Penundaan sangat terasa pada proyek-proyek yang awalnya menargetkan kapasitas penuh pada tahun 2024, termasuk LNG Kanada, LNG Mozambik, dan Golden Pass di Amerika Serikat," kata IEA.
Kendati demikian, pemulihan permintaan pasca-pandemi berarti bahwa perdagangan gas global tumbuh dengan rekor tahun lalu, dengan aliran gas pipa melonjak 12 persen dan perdagangan LNG meningkat sebesar 6 persen.
Sementara itu, Uni Eropa telah memperdebatkan seperangkat undang-undang untuk memberlakukan Kesepakatan Hijau (Green Deal), dalam upaya untuk membersihkan setiap sektor mulai dari energi hingga manufaktur, transportasi, dan pertanian.
Sebagai bagian dari itu, blok tersebut setuju untuk memperdalam target pengurangan emisi 2030 menjadi setidaknya 55 persen dari level pada 1990.
Para kritikus mengaitkan kenaikan harga baru-baru ini dengan reformasi, sesuatu yang dengan cepat dibantah oleh pejabat UE.
“Sayangnya, sebagian besar karena alasan politik, beberapa orang secara keliru berpendapat bahwa kenaikan harga gas terutama merupakan hasil dari Kesepakatan Hijau Eropa, atau proposal Komisi UE,” kata Kepala Iklim UE Frans Timmermans dalam pertemuan para menteri lingkungan dan energi pada 21 Januari.