Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Viral Beras Oplosan, Konsumen Kini Lebih Pilih Belanja di Pasar Tradisional

Konsumen beralih ke pasar tradisional akibat isu beras oplosan di ritel modern, meningkatkan penjualan dan mendukung ekonomi pedagang kecil.
Stok beras Premium di gerai ritel - BISNIS/Alifian Asmaaysi.
Stok beras Premium di gerai ritel - BISNIS/Alifian Asmaaysi.
Ringkasan Berita
  • Penjualan beras di pasar tradisional meningkat karena konsumen lebih memilih belanja di sana setelah adanya isu beras oplosan di gerai ritel modern.
  • Menteri Pertanian menilai peningkatan penjualan di pasar tradisional dapat mendorong ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan pedagang kecil.
  • Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa distribusi beras murah melalui program SPHP di gerai ritel modern belum sepenuhnya terlaksana, dengan hanya 540 ton yang telah masuk hingga pertengahan Agustus.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) melihat adanya peningkatan penjualan beras di pasar tradisional pada saat distribusi hasil bumi itu menipis di gerai ritel modern.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa hal ini menjadi fenomena menarik di tengah masyarakat, lantas mendorong agar penjualan beras di pasar tradisional tetap tinggi.

“Kami baru baca dari media bahwasanya penjualan di pasar tradisional meningkat karena beralih, karena bisa lihat langsung. Ini fenomena menarik, sangat bagus untuk didorong,” kata Amran saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (7/8/2025).

Dia berpendapat, peningkatan penjualan di pasar tradisional akan mendorong ekonomi kerakyatan, dalam hal ini kesejahteraan pedagang-pedagang kecil.

Amran juga menanggapi spekulasi bahwa masyarakat ketakutan untuk membeli beras di gerai ritel imbas temuan beras oplosan.

Dia memastikan bahwa beras tersebut masih aman dan baik untuk dikonsumsi masyarakat, kendati menyebut harga beras medium dan premium yang dijual masih terbilang tinggi dibandingkan dengan kualitasnya. Hal ini tercermin dari persentase patahan alias broken dari masing-masing penggolongan beras.

“Kalau medium itu broken-nya 25%, kalau premium 15%, tetapi kita lihat kondisi pada saat kita cek itu broken-nya ada yang sampai 40%, ada 50%. Itu yang terjadi,” jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara perihal kekosongan stok beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang disalurkan Bulog di jaringan ritel modern dalam beberapa waktu terakhir.

Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Moga Simatupang menjelaskan bahwa penyaluran beras murah itu dijadwalkan pada 17 Juli hingga 31 Desember 2025 mendatang.

Namun, berdasarkan laporan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), belum semua stok beras SPHP masuk ke gerai ritel hingga pertengahan Agustus ini.

“Memang untuk retail modern, laporan dari Aprindo baru 540 ton ya yang masuk. Kita harapkan dalam waktu dekat ini pasokan SPHP akan segera tersalurkan,” katanya saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Rabu (6/7/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro