Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memperkirakan kebutuhan impor daging sapi atau kerbau pada 2022 mencapai 266.065 ton. Meski masih membutuhkan pasokan tambahan dari luar negeri, Kementerian Pertanian menyebutkan volume impor daging sapi terus mengalami penurunan.
"Impor memang iya masih dilakukan, tetapi jumlahnya terus menurun," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Makmun dalam diskusi daring Pataka, Kamis (13/1/2022).
Makmun menjelaskan pasokan impor yang berlanjut bukan disebabkan oleh turunnya produksi di dalam negeri. Namun, konsumsi agregat Indonesia dari tahun ke tahun cenderung tumbuh meski konsumsi per kapita stagnan dalam 5 tahun terakhir.
Dalam neraca pasokan dan kebutuhan daging sapi 2022 yang telah disusun pemerintah, konsumsi per kapita pada 2022 mencapai 2,57 per kg per tahun, meningkat dari konsumsi 2021 di angka 2,46 per kg per tahun. Adapun jumlah penduduk bertambah dari 272,24 juta pada 2021 menjadi 274,85 juta pada 2021 sehingga kebutuhan daging meningkat dari 669.731 ton menjadi 706.388 ton.
Produksi nasional pada 2022 ditaksir 436.704 ton, naik dari 423.443 ton pada 2021. Dengan stok awal tahun yang berjumlah 62.485 ton, Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton. Pemerintah juga menetapkan stok cadangan sebesar 58.886 ton sehingga kebutuhan impor menyentuh 266.065 ton.
Makmun menjelaskan bahwa volume impor cenderung terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Volume impor dari 2019 ke 2020 tercatat turun 0,91 persen dan dari 2020 ke 2021 turun sampai 10,82 persen. Dengan perkiraan impor pada 2022 di angka 266.065 ton, Makmun mengatakan jumlahnya turun 3,4 persen dari realisasi 2021.
Baca Juga
"Produksi sapi lokal kita terus tumbuh, meski memang belum bisa mengejar kebutuhan konsumsi daging sapi yang sebetulnya partisipasinya hanya 7 persen dari konsumsi pangan hewani," kata Makmun.
Dia mengatakan Kementan bakal terus berupaya meningkatkan produksi daging sapi lokal dengan berbagai program. Salah satu strategi yang digarap adalah integrasi peternakan sapi dengan perkebunan sawit. Dia mengatakan lahan perkebunan sawit memiliki potensi karena tidak berisiko dialihfungsikan.
Upaya lain yang ditempuh, lanjut Makmun, adalah dengan pengembangan sapi atau kerbau unggul, impor indukan sapi, peningkatan kesehatan hewan, dan penegakan pelarangan pemotongan sapi betina produktif. Kementan mencatat populasi total sapi potong meningkat dari 16,43 juta ekor pada 2017 menjadi 18,05 juta ekor pada 2021.