Bisnis.com, JAKARTA — Suplai bahan baku susu dalam negeri menjadi tantangan bagi pelaku industri makanan dan minuman (mamin), khususnya pengolahan susu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyoroti ketergantungan industri pengolahan susu dalam negeri terhadap bahan baku impor. Sampai saat ini, baru sekitar 22 persen bahan baku susu dipasok dari dalam negeri, sedangkan 78 persen sisanya dipenuhi dari impor.
"Permintaan bahan baku susu terus tumbuh sebesar 4 persen per tahun, sedangkan kemampuan suplai dalam negeri tumbuh 2,6 persen per tahun," kata Agus saat meresmikan pabrik es krim PT Yili Indonesia Dairy di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (10/12/2021).
Demikian juga dengan bahan baku penolong berbasis buah yang masih didominasi impor sebesar 86 persen, sedangkan pasokan lokal baru mendapai 14 persen.
Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor menyebabkan posisi industri sangat rentan atas disrupsi pasokan bahan baku. Hal ini berpengaruh terhadap kemandirian dan keandalan industri dalam persaingan.
Karenanya, Agus menantang Yili Indonesia dan pelaku industri pengolahan susu lainnya untuk melakukan sebanyak mungkin kemitraan dengan koperasi atau peternak sapi perah serta kelompok petani buah. Hal itu dengan harapan, selain mengurangi impor bahan baku, juga meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah dan petani buah rakyat.
Baca Juga
"Harapan kami khusus untuk manajemen Yili, diupayakan untuk menggunakan bahan baku susu dan buah dan terus mengarahkan agar Yili bisa semakin besar, semakin luas melakukan kemitraan dengan koerasi peternak sapi perah dan petani buah," ujarnya.
Sementara itu, potensi pasar produk olahan susu di Indonesia masih terbilang luas. Pasalnya, tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun, masih di bawah negara-negara Asean seperti Malaysia yang mencapai 36,2, Thailand sebesar 22,2, dan Filipina sebesar 17,8 kg/kapita/tahun.
"Ini potensi, dengan masyarakat semakin ingin lebih sehat dan dengan adanya pertumbuhan kekuatan purchasing power dari masyarakat, ini potensi yang besar karena rasio [konsumsi susu] pepr kapita kita masih rendah," katanya.