Bisnis.com, JAKARTA - Johan Vanwelden, Co-owner dan Co-CEO Lava Textiles, dengan lugas mengakui bahwa produk benang dari Indonesia terkenal dengan kualitasnya yang bagus. Fakta itu pun menjadi alasan utama pihaknya mengimpor bahan baku dari Tanah Air.
Apalagi perusahaan milik keluarga asal Belgia yang didirikan sejak 1925 itu ingin memiliki benang yang sama untuk produksi kain matras berkualitas (knitted mattress ticking) di semua pusat produksinya. Dengan sertifikasi, Lava Textiles pun dapat mengklaim kepada pelanggannya bahwa benang yang digunakan memiliki kualitas yang lebih baik dan beberapa benang dari negara lain.
“Sampai sekarang, kami telah mengimpor terutama benang, tetapi baru-baru ini kami juga telah menguranginya dan mengekspor kain jadi ke fasilitas kami di Amerika Serikat,” ungkap Johan Vanwelden.
Lava Textiles, yang pada awalnya memproduksi pakaian dalam, bertransisi untuk menghasilkan kain matras berkualitas dengan brand ‘Lava’ sejak 1997. Produknya telah dipasarkan hingga ke Amerika Serikat, Hongkong dan wilayah Timur Tengah.
Hingga saat ini, Lava Textiles telah memiliki pusat produksi di 4 negara selain Belgia yaitu Amerika Serikat, Rumania, Indonesia, dan Meksiko. “Sejak 25 tahun yang lalu, Lava Textiles telah menggunakan benang tekstil (Yarn) dari Indonesia dan dipercaya memiliki kualitas yang baik.”
Adapun, nilai pembelian Lava untuk impor dari Indonesia pada 2019 mencapai Rp8,18 miliar, kemudian pada 2020 terus tumbuh hingga Rp17,32 miliar atau naik 111,7%.
Fasilitas Produksi di Indonesia
Dengan melihat perkembangan konsumen di wilayah Asia dan Pasifik, pada 2018, Lava Textiles berinvestasi dengan membangun pabrik seluas 2.500 meter persegi di daerah Komplek Industri Branta Mulia, Citeureup, Bogor. Fasilitas itu juga diharapkan menjadi pusat distribusi bagi penjualan matras Lava khususnya untuk wilayah Hongkong, Tiongkok dan Australia.
Bahkan pada 2021, Lava Textiles memperluas area pabrik di Indonesia menjadi 5.000 meter persegi. Perluasan area pabrik Lava Textiles di Indonesia, tentunya tidak hanya membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, tetapi juga memberikan peluang kerja sama dengan pemasok Yarn dari Indonesia serta komponen lainnya yang dibutuhkan dalam proses produksi matras Lava.
Kendati menghadapi beberapa kendala dalam proses perluasan pabrik seperti perizinan yang tidak konsisten, Lava Textiles tetap berkomitmen penuh untuk tetap berkolaborasi tidak hanya dengan pemasok yang terkait, tetapi juga penduduk setempat yang bekeinginan untuk bekerja di pabrik sesuai keahlian yang dimiliki.
Foto: dok. Lava Textiles
“Ya, itu jelas bukan pekerjaan termudah bagi saya untuk mendirikan pabrik dari lahan terbuka hingga menjadi fasilitas produksi. Kami menghadapi banyak masalah birokrasi…Untungnya, kami mendapat dukungan yang baik dari Jakarta, dari BKPM dan juga dari Kedutaan Besar,” ungkap Stefan Van den Hende, Managing Director, Lava Textiles Indonesia.
Johan Vanwelden pun memastikan pihaknya akan terus mengembangkan produksinya dan nilai impor bahan baku dari Indonesia.
“Kami telah membeli sejauh ini, benang dalam warna alami tetapi kami juga berencana untuk membeli benang dari Indonesia berwarna (berwarna),” pungkasnya.
Berkat loyalitas dan dukungannya terhadap produk Indonesia, Lava Textile dianugerahi oleh pemerintah Indonesia Penghargaan Primaduta (Primaduta Award) 2021.
Penghargaan Primaduta merupakan salah satu wujud apresiasi Pemerintah Indonesia yang disampaikan oleh Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) kepada para pembeli mancanegara atas dukungan dan loyalitasnya, secara berkesinambungan membeli produk Indonesia, dan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan ekspor nasional. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan setiap tahun.