Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang September 2021 Diproyeksi Surplus, Berkah Krisis Energi China

Namun, surplus neraca dagang pada September 2021 akan lebih rendah dari surplus Agustus 2021.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca dagang Indonesia diperkirakan masih akan mencetak surplus tinggi dan berlanjut hingga September 2021.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan bahwa neraca dagang pada September 2021 akan mencetak surplus sebesar US$4,25 miliar atau sekitar Rp60,1 triliun (kurs Rp14.155 per dolar Amerika Serikat).

Meski demikian, proyeksi ini sedikit lebih rendah dari posisi surplus neraca dagang Agustus 2021 yaitu US$4,74 miliar.

"Surplus tinggi ini utamanya didorong oleh meningkatnya harga komoditas, khususnya harga energi," kata Faisal kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).

Krisis energi yang saat ini terjadi di sejumlah negara mendorong permintaan global terhadap energi yang tinggi sehingga memicu harga energi melonjak. Untuk itu, Faisal memperkirakan ekspor pada September 2021 tumbuh 60,24 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 64,10 persen (yoy) pada Agustus 2021.

Sementara itu, PMI manufaktur dari mitra dagang utama masih akan kuat sejalan dengan pulihnya Baltic Dry Index.

Kinerja ekspor Indonesia ke China diperkirakan menguat sebesra 76,6 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 75,2 persen (yoy) di Agustus 2021.

"Harga batu bara dan CPO, bahkan, meningkat sebesar masing-masing 240 persen [yoy] dan 56 persen [yoy] pada September 2021," kata Faisal.

Sedangkan, Faisal memperkirakan impor Indonesia pada September 2021 tumbuh 56,50 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 55,26 persen (yoy) pada Agustus 2021.

Hal ini ditunjukkan pula melalui kembalinya PMI manufaktur Indonesia ke level ekspansif yaitu 52,2 di September 2021, yang menunjukkan meningkatnya permintaan domestik. Harga minyak pun ikut meningkat sebesar 82 persen (yoy) pada September 2021.

Dengan proyeksi tersebut, Faisal memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) untuk tetap rendah di 2021. Seiring dengan berlanjutnya harga komoditas yang tinggi, sehingga mendukung kinerja ekspor, Faisal memproyeksikan CAD berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 1,06 persen dari PDB.

"Perkiraaan kami saat ini bahwa defisit transaksi berjalan 2021 bisa lebih rendah secara signifikan dari 1,00 persen dari PDB," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper