Bisnis.com, JAKARTA —Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendorong peningkatan kerja sama dagang Indonesia bersama dengan negara-negara yang terletak di kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Komitmen itu disampaikan Lutfi saat memberi keterangan dalam sesi pleno Forum Bisnis 2021 Indonesia-Latin America and the Caribbean (INA-LAC) yang bertajuk Recover Together Recover Stronger yang difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia, Kamis (14/10/2021).
“Acara ini menjadi sangat penting untuk meningkatkan kerja sama perdagangan, karena ekonomi kita begitu komplementer, ada banyak sektor yang bisa kita kolaborasikan,” kata Lutfi.
Indonesia, kata Lutfi, membutuhkan pasokan produk pertanian, produk berbasis sumber daya, produk manufaktur dan jasa dari negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia itu. Di sisi lain, dia menambahkan eksportir Indonesia dapat menyediakan berbagai produk makanan olahan, barang setengah jadi hingga produk manufaktur.
“Saya yakin untuk meningkatkan kinerja perdagangan antar negara kita tidak hanya harus menjual banyak tetapi juga membeli banyak barang,” kata dia.
Adapun kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini ke negara-negara kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia sudah menyentuh sekitar US$1,7 miliar atau meningkat 54,8 persen jika dibandingkan dengan torehan tahun lalu.
Di sisi lain, impor dari kawasan itu turut menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 4,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Ini sinyal yang positif saya harap bisa bertumbuh terus secara progresif seiring dengan kerja sama kita saat ini,” kata dia.
Kendati demikian, pangsa pasar Indonesia hanya 0,5 persen dari keseluruhan kinerja impor yang diambil dari Amerika Latin dan Kepulauan Karibia. Artinya, pangsa pasar itu masih di bawah sejumlah negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura.
Pada tahun lalu, INA-LAC berhasil mencatatkan komitmen dagang senilai US$71,02 juta atau (Rp998,32 miliar) serta potensi kesekapatan bisnis senilai US$14,36 juta (Rp202,34 miliar). Angka tersebut meningkat dua kali dibandingkan 2019.
Tahun ini, pemerintah mengharapkan nilai yang sama pada tahun ini. Pemerintah juga telah menyediakan platform digital sebagai wadah interaksi para pengusaha Indonesia dan Amerika Latin dan Karibia.
Meski kegiatan perekonomian mulai kembali, permasalahan kelangkaan kontainer dan biaya logistik yang sangat tinggi masih membayangi aktivitas perdagangan global.
Hambatan lainnya adalah pengenaan bea masuk karena Indonesia belum memiliki Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan kawasan ini, kecuali dengan Chile.