Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Optimistis Surplus Dagang 2021 Lampaui Torehan 2020

Perkembangan pandemi Covid-19 memberikan pengaruh yang signifikan pada perkembangan perdagangan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan optimistis surplus perdagangan pada 2021 bisa melampaui capaian pada 2020. Sejauh ini, neraca nonmigas telah menorehkan surplus yang lebih tinggi dari pada 2020.

Surplus neraca perdagangan mencapai US$20,85 miliar per Agustus 2021. Sementara pada tahun 2020, surplus neraca perdagangan mencapai US$21,62 miliar.

“Dengan asumsi pada kuartal IV/2021 perekonomian sudah mulai pulih dan mobilitas masyarakat sudah lebih lancar terbuka, maka kegiatan ekspor diharapkan juga mengalami penguatan, maka surplus neraca perdagangan akan berlanjut hingga akhir tahun 2021 dan melampaui dari surplus neraca perdagangan tahun 2020,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).

Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Januari sampai Agustus 2021 menyentuh US$28,31 miliar. Kasan mengatakan nilai tersebut telah melampaui surplus neraca nonmigas sepanjang 2020 sebesar US$27,63 miliar.

Kasan menilai perkembangan pandemi Covid-19 memberikan pengaruh yang signifikan pada perkembangan perdagangan dunia, tak terkecuali Indonesia.

“Status PPKM di dalam negeri dan juga status di negara mitra merupakan faktor yang dominan memengaruhi kinerja perdagangan Indonesia,” katanya.

Fenomena supercycle, lanjut Kasan, turut menjadi faktor yang berpengaruh pada kinerja perdagangan Indonesia. Beberapa produk yang mengalami peningkatan harga internasional berpotensi mendorong kinerja ekspor, seperti CPO, batu bara, timah, tembaga, dan nikel.

Selain itu, kelangkaan cip dia nilai akan memberikan tekanan kepada harga produk elektronik yang dapat berdampak kepada kenaikan harga produk elektronik di pasar global. Kenaikan harga elektronik ini cenderung menekan permintaan atas produk tersebut.

“Menurut kami hal ini juga akan menekan nilai impor produk tersebut  yang kemudian terefleksi pada menurunnya tekanan defisit pada impor produk elektronik,” kata Kasan.

Mengacu pada data BPS yang diolah BPPP Kemendag, CPO dan turunannya menjadi komoditas penyumbang surplus terbesar dengan nilai surplus sebesar US$20,46 miliar per Agustus 2021. Posisi CPO disusul oleh batu bara dengan surplus senilai US$16,40 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper