Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Dagang AS Menyusut Tajam Jelang Pemberlakuan Tarif Trump

Defisit neraca perdagangan AS turun 16% pada Juni 2025 ke level US$60,2 miliar, terendah sejak 2023.
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon

Bisnis.com, JAKARTA — Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat turun tajam pada Juni 2025 ke level terendah sejak September 2023, seiring dengan penurunan impor jelang pemberlakuan tarif Trump.

Data Departemen Perdagangan AS yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (6/8/2025) menunjukkan defisit neraca perdagangan barang dan jasa turun 16% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$60,2 miliar. Angka tersebut lebih kecil dari proyeksi median dalam survei Bloomberg yang memperkirakan defisit sebesar US$61 miliar.

Nilai impor AS tercatat turun 3,7%, mencatatkan nilai terendah sejak Maret 2024, sementara ekspor juga melemah namun dalam besaran yang lebih kecil. Data ini belum disesuaikan terhadap inflasi.

Impor barang konsumsi merosot ke level terendah sejak September 2020. Penurunan juga terjadi pada barang industri dan kendaraan bermotor, sementara pengiriman barang modal ke dalam negeri justru meningkat.

Laporan ini berbanding terbalik dari tren awal tahun, ketika perusahaan-perusahaan AS bergegas mengamankan pasokan barang sebelum Presiden Donald Trump mengumumkan gelombang tarif impor besar-besaran pada 2 April. 

Sejumlah tarif tersebut kemudian ditunda atau dikurangi, memberikan waktu bagi pelaku usaha untuk kembali mengimpor barang dari luar negeri.

Data Juni juga melengkapi gambaran kuartal II/2025, yang menurut estimasi awal pemerintah pekan lalu mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3% secara tahunan.

Kontribusi ekspor bersih menambah 5 poin persentase terhadap PDB, setelah pada kuartal I memberikan beban terbesar dalam catatan sejarah. Namun, di balik angka utama tersebut, momentum ekonomi dinilai mulai melambat.

Pekan lalu, Gedung Putih merilis tarif timbal balik yang telah disesuaikan terhadap negara-negara yang tidak berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum tenggat 1 Agustus. 

Trump juga diperkirakan akan mengumumkan tarif tambahan terhadap impor obat-obatan, semikonduktor, mineral kritis, dan produk industri strategis lainnya dalam beberapa pekan mendatang—kebijakan yang berpotensi semakin mengguncang perdagangan global.

Dalam laporan yang sama, defisit perdagangan barang dengan China menyusut ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada 2009, seiring turunnya impor. Defisit dengan Meksiko juga menyempit setelah mencetak rekor tertinggi pada Mei, sementara defisit dagang dengan Kanada turun ke titik terendah sejak akhir 2020.

Defisit perdagangan barang AS pada Juni secara riil, atau setelah disesuaikan dengan inflasi, tercatat sebesar US$84,6 miliar, turun dari rekor sebelumnya pada awal tahun.

Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif dimaksudkan untuk menciptakan perdagangan bilateral yang adil, mendorong investasi asing ke dalam negeri, memperkuat industri domestik, dan menjaga ketahanan sektor strategis nasional. Dia juga menilai tarif dapat menjadi sumber tambahan penerimaan negara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro