Bisnis.com, JAKARTA - Melonjaknya harga batu bara dikhawatirkan membuat para badan usaha tambang di dalam negeri lebih tertarik untuk menjual hasil produksinya ke luar negeri. Menindaklanjuti hal itu, pemerintah disebut telah berkomunikasi langsung kepada para perusahaan batu bara Indonesia.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto mengatakan pemerintah akan tetap menjaga pasokan batu bara untuk kebutuhan sektor ketenagalistrikan di tengah melonjaknya harga komoditas tersebut dalam beberapa waktu terakhir.
"Pemerintah sudah 3 kali menyurati badan usaha agar tetap DMO-nya itu untuk kelistrikan untuk dipenuhi," katanya dalam webinar 'Krisis Energi Mulai Melanda Dunia, Bagaimana Strategi RI?', Minggu (10/10/2021).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia Hendra Sinadia mengatakan komitmen para pengusaha untuk mengikuti ketentuan DMO batu bara telah disepakati sejak 2018, yakni sebesar US$70 per metrik ton. Harga domestik itu ditetapkan untuk memberi kepastian harga baru bara untuk PT PLN (Persero).
APBI menginginkan agar pemerintah meninjau kembali harga batu bara untuk pasar domestik tersebut. Pasalnya, kondisi permintaan batu bara di pasar global sekarang sangat berbeda dengan saat penetapan 2018 lalu.
Harga komoditas tersebut terus merangkak sejak semester II/2021 seiring dengan tingginya permintaan batu bara dari pasar global, tetapi tidak didukung oleh pasokan yang memadai. Harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontak Desember 2021 mencapai US$267 per metrik ton.
Baca Juga
Adapun, dari kenaikan tersebut, pemerintah juga menetapkan kenaikan harga batu bara acuan menjadi US$161,63 per metrik ton. Penetapan pada Oktober 2021 naik US$11,60 per metrik ton dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Di sisi lain, harga DMO masih tetap terpaku pada kesepakatan awal, yakni US$70 per metrik ton. Dari ketentuan harga domestik dan ekspor, diketahui disparitas harga tersebut mencapai US$91,63 per metrik ton.
“Kalau pemerintah bilang tetap US$70 per metrik ton, ya mau bilang apa. Akan tetapi, kalau ditanya ke kami, kami tidak pernah usulkan atau menuntut pemerintah. [Kami inginkan] Ikuti harga pasar. Ini idealnya. Kalau pengusaha sih maunya harga pasar,” terangnya.
Hendra menjelaskan, permintaan batu bara dunia cenderung meningkat ditambah dengan adanya krisis energi di sejumlah negara. Dia menuturkan, kendati China telah menyatakan akan secara massif mengembangkan EBT, namun impor batu bara dari Negeri Tirai Bambu itu diproyeksikan akan terus meningkat.
Di sisi lain, kebutuhan di dalam negeri diproyeksikan masih akan meningkatkan, meski akan ada perkiraan penurunan permintaan dengan adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi porsi batu bara dan mendorong EBT.
"98 persen dari tujuan ekspor batu bara Indonesia ke negara-negara Asia Pasifik, sehingga tidak terpengaruh oleh sentimen negatif di Eropa dan AS, sehingga negara Asia Pasifik umumnya negara berkembang termasuk China dan India demandnya akan terus meningkat dalam satu atau dua dekade ke depan," ungkapnya.