Bisnis.com, JAKARTA - Momentum perang dagang Amerika Serikat dan China masih dirasakan dampaknya oleh industri furnitur dalam negeri.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan pertumbuhan ekspor sepanjang tahun ini dipicu lompatan omzet ke AS untuk mengisi pasar yang ditinggalkan China.
Hal itu juga didukung oleh subsidi besar-besaran yang digelontorkan pemerintah AS untuk mendorong konsumsi masyarakatnya.
"Ekspor [furnitur] China ke AS terhambat sehingga order AS bergerak ke Indonesia," kata Abdul kepada Bisnis, Minggu (10/10/2021).
Sampai dengan Agustus 2021, nilai ekspor furnitur mencapai US$1,61 miliar, tumbuh 36 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Abdul meyakini, sampai dengan akhir tahun ini, gabungan nilai ekspor mebel dan kerajinan dapat menembus US$ 3 miliar. Pasalnya tahun lalu saja, ekspor mebel menyentuh angka US$1,91 miliar, sedangkan kerajinan mencapai US$800 juta.
Baca Juga
Abdul melanjutkan pihaknya saat ini fokus untuk memperdalam pasar di AS karena ceruk yang ditinggalkan China di Negeri Paman Sam mencapai US$25 miliar. Sampai dengan 2024, HIMKI mengejar nilai ekspor hingga US$5 miliar.
"Fokusnya ke pasar tradisional dulu, ke Amerika, karena pasarnya besar sekali dengan mundurnya China," ujarnya.
Selain AS, negara tujuan ekspor utama furnitur Indonesia antara lain Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.