Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Airlangga Minta Pelaku Usaha Properti Tetap Optimis, Tren Pertumbuhan Ekonomi Membaik

Untuk mendorong sektor properti pada waktu pandemi, berbagai insentif diberikan oleh pemerintah di antaranya kebijakan Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) sebesar 100 persen untuk kredit properti.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto - Youtube Sekretariat Presiden RI
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto - Youtube Sekretariat Presiden RI

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai bahwa upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi sudah berjalan pada jalur yang tepat.

Salah satu fokus utama pemerintah dalam pemulihan ekonomi dari krisis akibat pandemi Covid-19 adalah keberlangsungan sektor usaha properti.

Pasalnya, Airlangga mencatat kebutuhan akan properti semakin meningkat. Penduduk perkotaan di Indonesia telah mencapai 56,7 persen. Pada prediksi sebelumnya, tingkat kependudukan di perkotaan diprediksi mencapai 66,6 persen pada 2035, dan 72,8 persen pada 2045.

Di samping itu, masih ada 15,5 juta orang yang tinggal di rumah tidak layak pada 2020. Untuk itu, sektor properti terus didorong agar terus berkontribusi aktif dalam penyediaan hunian yang layak dan diperlukan strategi yang tepat dalam situasi pandemi Covid-19.

“Sektor properti memiliki multiplier-effect baik dari sisi forward-linkage maupun backward-linkage terhadap 174 sub sektor industri baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyerapan tenaga kerja langsung di industri properti juga mencapai hingga 19 juta orang,” tutur Airlangga pada acara Properti Indonesia Award secara virtual, Rabu (6/10/2021).

Untuk mendorong sektor properti pada waktu pandemi, berbagai insentif diberikan oleh pemerintah di antaranya kebijakan Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) sebesar 100 persen untuk kredit properti.

Pada 2021, pemerintah juga telah memperpanjang kebijakan pemberian insentif PPN hingga Desember 2021, yang awalnya diberikan sejak Maret hingga Agustus.

“Kebijakan PPN ditanggung Pemerintah telah memberikan dampak pada pergerakan pasar pada segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke atas dan pertumbuhan penjualan terjadi secara signifikan pada segmen rumah dengan harga Rp500 juta sampai Rp1 miliar dan di atas Rp2 miliar,” kata Airlangga.

Hasilnya, pada kuartal II/2021 PDB sisi produksi sektor jasa real estate mampu tumbuh 2,82 persen, atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 0,94 persen.

Sementara itu, sektor jasa konstruksi tumbuh sebesar 4,42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Dari segi investasi, Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 7,54 persen (yoy) didukung oleh pertumbuhan bangunan.

“Kepada pelaku usaha properti dan pemangku kepentingan pembangunan ekonomi lainnya saya minta agar tetap optimis dan terus bersemangat guna mendukung pemulihan ekonomi nasional. Mesin pertumbuhan ekonomi saat ini dalam tren membaik dan situasi pandemi pun semakin terkendali. Simplifikasi regulasi dan perizinan termasuk di bidang properti juga sudah diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Airlangga berharap bahwa industri properti tanah air bisa mengambil pelajaran dari kasus gagal bayar utang dari perusahaan-perusahaan internasional.

“Pelajaran pertama adalah kehati-hatian saat mengekspansi bisnis yang harus dibarengi dengan proyeksi pendapatan yang realistis dan menghindari agresivitas dalam berutang. Pelajaran selanjutnya adalah industri harus mengutamakan transparansi dalam pelaporan keuangannya serta menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik dan berkelanjutan,” tuturnya.

Adapun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II/2021 sebesar 7,07 persen (yoy) menjadi momentum pemulihan yang memberikan optimisme bagi seluruh pelaku ekonomi.

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan mengalami surplus selama 16 bulan berturut-turut dan mencapai US$4,74 miliar atau tertinggi sejak Desember 2006. Ditambah lagi, kondisi nilai tukar yang relatif stabil dan cadangan devisa mencapai US$144,8 miliar pada akhir Agustus 2021 (meningkat ke US$146,9 miliar pada September 2021); mengindikasikan bahwa ketahanan sektor eksternal cukup kuat.

“Pertumbuhan positif di seluruh sektor dan meningkatnya permintaan menandakan bahwa upaya Pemerintah sudah pada jalur yang tepat. Capaian pemulihan ini seiring dengan program penanganan Covid-19 yang semakin efektif dan tren penambahan kasus harian di tingkat nasional terus menurun. Per 2 Oktober 2021, positivity rate nasional per minggu sebesar 0,98 persen,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper