Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pacu Serapan Domestik, RI Perlu Geser Pola Konsumsi Serat Tekstil

Kapas tidak lagi mendominasi konsumsi serat global. Sebaliknya, preferensi konsumsi di berbagai regional telah bergeser ke serat buatan.
Ilustrasi industri tekstil
Ilustrasi industri tekstil

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan serapan produksi tekstil di dalam negeri dapat ditempuh dengan mengalihkan pola konsumsi bahan baku serat. Indonesia tercatat sebagai produsen dari dua serat utama dunia, polyester dan rayon, tetapi penggunaannya belum optimal.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Ravi Shankar menjelaskan bahwa kapas tidak lagi mendominasi konsumsi serat global. Sebaliknya, preferensi konsumsi di berbagai regional telah bergeser ke serat buatan.

“Konsumsi serat per kapita Indonesia sebelum pandemi adalah 8,1 kilogram, sementara rata-rata Asia Selatan adalah 10 kilogram. Ada peluang yang bisa kita manfaatkan,” kata Ravi dalam diskusi virtuall, Kamis (12/8/2021).

Dia menyebutkan permintaan serat global terus tumbuh, dengan permintaan dari sektor apparel sebagai kontributor terbesar. Meski demikian porsi dari sektor apparel cenderung turun dalam 30 tahun terakhir. Dari awalnya mencapai 70 persen dari total kebutuhan serat pada sekitar 1990-an menjadi hanya sekitar 50 persen pada 2020.

Permintaan baru justru datang dari sektor tekstil industrial di negara maju dan berkembang. Tekstil rumah tangga juga mencatatkan peluang permintaan yang cukup stabil. Hal ini membuka peluang untuk produk tekstil yang sifatnya fungsional.

Di Indonesia, konsumsi serat didominasi oleh jenis polyester dengan pangsa sebesar 50 persen atau sebesar 1,08 juta ton. Posisi serat polyester disusul oleh kapas sebesar 29 persen dan viscose sebesar 16 persen.

“Kalau melihat kapasitas produksi polyester dan rayon yang besar dan ketergantungan terhadap impor kapas, Indonesia memiliki peluang mensubstitusi kapas karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar serat nonalam,” tambahnya.

Ravi menjelaskan bahwa polyester dan rayon bisa diaplikasikan ke berbagai jenis pakaian dengan fungsi yang mencakup personal protection, pakaian untuk medis, pakaian olahraga dan hobi, tekstil rumahan, dan pakaian militer.

Optimalisasi ini, lanjut Ravi, menjadi penting mengingat produksi benang filamen Indonesia cenderung turun rata-rata 1,1 persen setiap tahunnya sejak 2008. Sementara untuk serat polyester produksi tumbuh tipis rata-rata 2,2 persen per tahun.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menyebutkan industri tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu industri strategis yang terdampak paling berat akibat Covid-19. Industri ini tercatat mengalami kontraksi 4,54 persen pada kuartal II/2021 secara tahunan.

“Namun secara kuartalan mulai tumbuh 0,48 persen. Ekspor sepanjang semester I/2021 juga tumbuh 13 persen dan investasi naik 27 persen,” kata Khayam.

Khayam mengatakan pemerintah telah mengambil sejumlah langkah untuk meminimalisir dampak Covid-19 terhadap industri tekstil dan produk tekstil di dalam negeri. Salah satunya dengan mengembangkan industri bahan baku tekstil dari industri di dalam negeri.

Pengembangan tersebut ditempuh dengan peningkatan kapasitas industri rayon  dari 856.700 ton pada saat ini menjadi 1,21 juta ton pada 2023 dan kapasitas dissolving pulp-nya menjadi 1,31 juta ton. Selain itu, peningkatan utilisasi industri serat dan filamen polyester menjadi 70 persen pada 2023 juga menjadi salah satu target.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper