Bisnis.com, JAKARTA – Akhirnya Indonesia bisa keluar dari zona negatif ekonomi. Produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2021 tumbuh 7,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selama pandemi atau dimulai dari kuartal II/ 2020, ekonomi Indonesia berada zona kontraksi. Periode tersebut merupakan yang paling dalam, yaitu minus 5,32 persen.
Secara berturut-turut hingga kuartal I/2021 realisasi ekonomi Indonesia adalah minus 3,49 persen, minus 2,19 persen dan minus 0,74 persen.
Kuartal II/2021 memang diyakini pemerintah menjadi pembalikan ekonomi. Presiden Joko Widodo menargetkan bisa tumbuh 7 persen. Alasannya sederhana. Mengacu pada pertumbuhan yang berada di kontraksi terdalam, periode tahun ini bakal melesat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat bincang-dengan wartawan pada pertengahan Mei lalu mengatakan bahwa realisasi harga konstan triwulan II/2020 sebesar Rp2.589 triliun.
“Di kuartal I/2021 ini kita Rp2.683 triliun. Sehingga tentu untuk mencapai Rp2.700’an triliun relatif bisa tercapai. Mengingat beberapa kebijakan yang sudah dilakukan dan mengingat peredaran jumlah uang yang beredar,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan dari 17 sektor lapangan usaha, seluruh sektor mencatatkan pertumbuhan yang positif.
“Dari 17 lapangan usaha semua mengalami pertumbuhan positif, mulai dari transportasi pergudangan hingga sektor pertanian,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/8/2021).
Margo menjelaskan, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor transportasi dan pergudangan sebesar 25,10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kemudian, sektor yang juga mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah sektor akomodasi makanan dan minuman sebesar 21,58 persen secara tahunan.
“Sementara sektor yang tumbuh paling kecil pertanian hanya 0,38 persen,” katanya.
Margo menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 tersebut didorong oleh dua faktor, yaitu pemulihan ekonomi dan efek dari basis yang rendah, khususnya pada kuartal II/2020, di mana pertumbuhan ekonomi saat itu terkontraksi -5,32 persen.
Meski pengalami pertumbuhan yang tinggi pada kuartal II/2021, dia menagtakan bahwa ekonomi Indonesia masih belum kembali ke level normal, sebelum terjadinya pandemi Covid-19.