Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) mulai melirik potensi bisnis pengembangan hidrogen sebagai sumber energi ramah lingkungan di dalam negeri dengan potensi yang disebut mencapai US$40 miliar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa estimasi konsumsi hidrogen di Indonesia pada tahun lalu mencapai 2,5 metrik ton per hari. Jumlah itu dinilai sangat potensial untuk dikembangkan.
“Kalau kami coba hitung [jumlahnya] sekitar US$40 miliar,” katanya dalam acara Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/3/2021).
Menurut Nicke, hidrogen merupakan energi yang paling potensial digunakan untuk masa depan. Alasannya, hidrogen dinilai lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan penggunaan baterai.
Dia menjelaskan bahwa penggunaan baterai masih dapat menyisakan limbah dari pengolahan baterai tersebut saat dibuat dan setelah digunakan, sedangkan hidrogen sama sekali tidak menyisakan limbah.
“Kita sekarang banyak bicara EV [electric vehicle] battery, tetapi negara-negara lain sudah mulai juga mengembangkan hidrogen karena ini lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Pertamina sendiri telah menetapkan peta jalan untuk pengembangan hidrogen hijau dan hidrogen biru. Saat ini, proyek kilang hidrogen hijau tengah dibangun dengan kapasitas 22—100 kilogram per hari.
Fasilitas tersebut dibangun di lapangan panas bumi Ulubelu yang rencananya akan beroperasi penuh pada 2022.